Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembayaran Tebusan Dikhawatirkan Dorong Penculikan

Kompas.com - 16/09/2014, 10:29 WIB
LONDON, KOMPAS.COM - Sewaktu para pemimpin dunia bertemu di Paris untuk menggalang aksi bersama guna mengatasi ancaman militan ISIS di Irak dan Suriah, ada ketegangan luar biasa tentang kebijakan yang berbeda-beda terkait pembayaran uang tebusan. Kelompok militan ISIS memenggal dua wartawan Amerika dan seorang petugas kemanusiaan Inggris.  Kedua negara telah menolak membayar uang tebusan.

Dalam video terbaru militan ISIS di Suriah yang dipasang di internet hari Minggu, seorang sandera Inggris – Alan Henning – diancam akan dibunuh.  Beberapa saat sebelumnya, video yang sama menunjukkan eksekusi petugas kemanusiaan Inggris David Haines.

Perkembangan suram itu ikut membayangi pertemuan Keamanan Irak di Paris hari Senin (15/9/2014).  Dalam sebuah wawancara, Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius diminta menanggapi klaim bahwa Perancis membayar uang tebusan kepada organisasi teroris.

Laurent Fabius membantah tuduhan bahwa Perancis telah membayar uang tebusan.  “Anda tampaknya punya informasi yang tidak saya miliki,” ujarnya. Fabius menambahkan ia dapat memastikan bahwa Perancis tidak membayar uang tebusan.

Tetapi beberapa analis mengatakan bukti-bukti menunjukkan hal sebaliknya.  Media Perancis mengklaim pemerintah Hollande membayar uang tebusan 34 juta dolar untuk membebaskan empat sandera Perancis yang diculik di Niger tahun 2010 oleh kelompok Al Qaeda di kawasan Maghreb atau Afrika Utara dan sekitarnya.

Ian Bond, kepala Kebijakan Luar Negeri di Pusat Reformasi Eropa mengatakan, “Apa yang kami lihat pada Al Qaeda di kawasan Maghreb adalah mereka sangat piawai menculik wisatawan Barat di tempat-tempat seperti Niger dan Mali, dan kemudian meminta uang tebusan dari negara-negara di Eropa. Ini merupakan fenomena yang sangat negatif”.

Faktanya, sebagian besar negara Barat sebelumnya telah membayar uang tebusan, kata Thomas Hegghammer dari Lembaga Riset Pertahanan Norwegia di Oslo.

“Tidak ada negara yang tidak melakukan hal ini.  Tetapi saya kira sekarang jelas bahwa beberapa negara Eropa lebih sering melakukannya,” katanya.

Korban terakhir ISIS, warga Inggris David Haines, diculik bersama seorang warga Italia yang dibebaskan awal tahun ini.  Dilaporkan bahwa sejumlah uang tebusan telah dibayar untuk membebaskan warga Italia itu, meski pemerintah Italia menolak berkomentar.  Pemerintah Inggris mengatakan tetap menolak membayar uang tebusan.

Direktur Studi Tentang Terorisme di Universitas London Timu, Andrew Silke, mengatakan, “Sikap Inggris saat ini adalah jika mereka membayar uang tebusan, berarti mereka ikut mendorong kelompok-kelompok teroris di dunia untuk menculik dan menyandera warga Inggris.  Ini membuat warga Inggris lebih rentan”.

Amerika mengatakan pihaknya juga menolak membayar uang tebusan.  Bulan lalu seorang wartawan Amerika yang diculik oleh militan di Suriah, James Foley, dipenggal.  Perusahaan tempat Foley bekerja, GlobalPost, mengatakan ISIS menuntut uang tebusan sebesar 132 juta dolar.  Beberapa hari kemudian wartawan Amerika lainnya, Steven Sotloff, bernasib serupa.

Analis teror di Henry Jackson Society London, Hannah Stuart, mengatakan, “Idealnya kita punya konsensus internasional sehingga mungkin negara-negara Barat yang menjadi target penyanderaan seperti ini bisa menyepakati untuk tidak membayar uang tebusan.  Tetapi kemudian isu ini menyentuh soal kedaulatan negara.  Kita tidak bisa memberitahu negara lain apa cara terbaik untuk melindungi warga negaranya”.

Perkiraan Departemen Keuangan Amerika tahun 2012 menunjukkan bahwa organisasi-organisasi teroris telah mengumpulkan lebih dari 120 juta dolar uang tebusan dalam delapan tahun terakhir. Amerika mengatakan meskipun membayar uang tebusan bisa menyelamatkan nyawa, itu hanya akan mendorong industri penculikan dengan hasil yang mengerikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com