Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertarungan ISIS dan Al Qaeda di Media Sosial

Kompas.com - 05/09/2014, 08:22 WIB
KOMPAS.COM - Dua ideologi ekstrem sedang berupaya merebut dukungan di dunia maya melalui video yang bersifat ajakan atau pun teror. Pengaruh ideologi mana yang mendapat perhatian militan Indonesia? ISIS atau Al Qaeda?

Pemimpin Al Qaeda, Ayman al-Zawahiri, mengumumkan pembentukan Al-Qaeda di India untuk 'mengangkat bendera jihad' di Asia Selatan, Kamis (4/9/2014).

Ucapan itu dilontarkan dalam sebuah video yang diunggah di internet dengan durasi 55 menit. Video muncul hanya berselang sehari setelah video pemenggalan wartawan AS oleh Negara Islam atau ISIS beredar di dunia maya.

Sejumlah pengamat mengatakan perebutan pengaruh antara dua militan Islam sedang terjadi di dunia, termasuk di Indonesia.

Siapa yang paling benar

Pengamat terorisme Taufik Andrie menilai dua ideologi garis keras ini sudah menjadi bahan perdebatan yang sengit antar kaum militan di Indonesia, namun ISIS sejauh ini cukup mendominasi.

"Kalau lihat proporsinya, sepertinya pendukung ISIS lebih banyak. Tapi bukan berarti pendukung Al Qaeda itu sedikit. Masih ada juga tetapi mereka mungkin tidak bermain di dunia maya, melainkan dalam kajian-kajian majelis taklim misalnya," kata Taufik.

Secara faktual, Taufik mengatakan memang sudah ada kompetisi antar dua kelompok militan itu, terutama di Irak dan Suriah.

"Imbasnya tentu pada debat antara mereka tentang siapa yang paling benar, siapa yang paling punya hak mengelola wilayah," katanya kepada wartawan BBC Indonesia, Christine Franciska.

"Kalau perpecahan model begini sebetulnya lazim saja terjadi karena ini situasi yang paling puncak dalam perbedaan. Pendukung Al Qaeda di Indonesia masih aktif untuk ikut berdebat," lanjutnya.

Polemik media sosial

Penyebaran paham kelompok ekstrem melalui berbagai jalur, termasuk melalui media sosial, diyakini telah membuat sekitar 50 orang Indonesia pergi berperang bersama ISIS di Irak dan Suriah, kata Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.

Namun pencegahan penyebaran paham radikal melalui media sosial, kata polisi, sulit dilakukan karena biasanya bersifat anonim.

Selain itu, proses pelacakan perlu waktu yang lama, kata Agus Riyanto Kepala Bagian Penerangan Mabes Polri. "Banyak faktor yang harus diperhatikan. Yang pertama bisa dibuat siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Untuk menindak pun kita harus berkoordinasi dengan kementerian komunikasi dan informatika," katanya.

Tren percakapan tentang ISIS atau pun Al Qaeda di media sosial di Indonesia menurun dalam beberapa pekan terakhir, kata Yose Rizal, pemimpin Media Wave, lembaga yang menganalisa percakapan di internet. "Percakapan sempat memuncak beberapa pekan lalu, tetapi trennya menurun. Isinya konsisten bahwa netizen di Indonesia sebagian besar menolak paham ISIS."

"Jadi saya pikir memang tidak akan berkembang besar di Indonesia, baik paham ISIS atau Al Qaeda. Yang mengembangkan paham ini orang-orang yang dari dulu memang sudah terlibat gerakan ekstrem, jadi tidak meluas," jelas Yose.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com