Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Mau Lagi Ada Pesawat Hilang, IATA Susun Rekomendasi Pelacakan Pesawat

Kompas.com - 02/04/2014, 08:52 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com — Menyusul hilangnya pesawat penerbangan MH370 Malaysia Airlines, asosiasi industri penerbangan berencana menciptakan gugus tugas untuk menyusun rekomendasi pelacakan pesawat. Targetnya, rekomendasi keluar tahun ini.

"Kami tak bisa membiarkan pesawat lain hilang juga seperti MH370 milik Malaysia Airlines," kata pernyataan kelompok tersebut, Selasa (1/4/2014). Tak kunjung ditemukannya pesawat yang hilang pada 8 Maret 2014 tersebut telah memunculkan kebutuhan perbaikan prosedur pelacakan dan keamanan pesawat, menurut pernyataan dari asosiasi internasional transportasi udara (IATA).

Organisasi itu sedang menggelar pertemuan di Kuala Lumpur, Malaysia. "Dalam dunia di mana setiap gerakan kita sepertinya dilacak, tak dapat dipercaya sebuah pesawat bisa hilang," kata Tony Tyler, direktur jenderal asosiasi yang beranggotakan 240 maskapai penerbangan yang mencakup 84 persen layanan penumpang dan kargo di dunia.

Namun asosiasi pilot pesawat (AALP), serikat percontohan dunia, memperingatkan bahwa informasi live-streaming dari perekam data penerbangan, alternatif dari kotak hitam, dikhawatirkan dapat menyebabkan pelepasan atau kebocoran informasi yang dapat menyebabkan pilot terlihat buruk sebelum seluruh fakta kecelakaan diketahui.

"Data (perekam data penerbangan) tersebut ada untuk analisis keselamatan," kata Sean Cassidy, seorang perwira ALPA dan pilot Alaska Airlines. "Sayangnya, jika Anda memiliki gelombang besar data ini, jika tak dijaga dan dilindungi, akan terjadi penghakiman yang terburu-buru, terutama terhadap pilot ketika terjadi kecelakaan," imbuh dia.

Menurut ALPA, bila tujuannya adalah memperbaiki pelacakan pesawat, maka jawabannya adalah perbaikan sistem navigasi berbasis satelit. Sistem ini dikenal sebagai NextGen.

Dari Washington, Amerika Serikat, anggota Kongres sedang mempertimbangkan pengenalan RUU yang mengharuskan keberadaan kotak hitam kedua di pesawat penumpang komersial baru yang melayani penerbangan jarak jauh melintasi lautan atau lokasi terpencil.

Perangkat kedua itu, dikenal sebagai deployable flight recorder, akan terlempar sebelum pesawat kecelakaan untuk mempermudah pencarian, dirancang dapat mengapung dan mengirimkan sinyal ke pencari.

Pada sidang 12 Maret 2014, anggota Kongres David Prince mengatakan, insiden MH370 ini sekali lagi menunjukkan kebutuhan akan perangkat black box kedua ini. Meskipun alat itu mahal, ujar dia, tetapi menghemat waktu dan uang untuk menyediakan data ketika terjadi kecelakaan. 

Menteri Transportasi Amerika Serikat Anthony Foxx mengatakan, kementeriannya sedang melakukan analisis biaya dan manfaat dari alat ini, tetapi belum membuat komitmen apa pun. Tyler dari IATA, mendesak pula perbaikan prosedur pemeriksaan penumpang sebelum memasuki pesawat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com