KOMPAS.com — Nama Kim Jong Un ramai dibicarakan dalam sepekan terakhir setelah kakak tirinya, Kim Jong Nam, dibunuh di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA), Malaysia.
Kim Jong Nam meninggal setelah diduga disemprot atau diusap dengan kain yang mengandung racun oleh dua perempuan, asal Vietnam dan Indonesia.
Banyak pihak meyakini pembunuhan Kim Jong Nam diperintahkan oleh Pemerintah Korea Utara, antara lain dengan melihat kasus-kasus serupa pada masa lalu yang diyakini dilakukan oleh agen-agen Pemerintah Korea Utara.
Baca: Wanita Mata-mata Korut, dari Gadis Erotis hingga Nenek-nenek ...
Dari sini muncul analisis Kim Jong Un "tahu soal kasus yang menimpa kakak tirinya" di Kuala Lumpur.
Tudingan ini sudah dibantah oleh kantor berita resmi Korut, KCNA, yang mengatakan Malaysia mestinya bertanggung jawab atas meninggalnya warga Korea Utara.
Baca: Korut Salahkan Malaysia atas Pembunuhan Kim Jong Nam
Namun, hal tersebut tak menghentikan kesan untuk mengaitkan meninggalnya Kim Jong Nam dengan Kim Jong Un, pemimpin pemerintahan di negara paling tertutup di dunia.
Tak cuma negara, Jong Un pun adalah pemimpin yang tertutup. Akibatnya, tak banyak orang yang bisa berjam-jam bertemu dengannya.
Kesempatan langka tersebut didapat oleh Ryan Duffy yang pada tahun 2013 berkesempatan makan malam dengan Kim Jong Un di Pyongyang.
Duffy adalah wartawan yang meliput lawatan bintang NBA, Dennis Rodman, dan klub basket Harlem Globetrotters yang menggelar pertandingan ekshibisi dengan tim nasional Korea Utara.
Baca: Dennis Rodman Nyanyikan Happy Birthday untuk Kim Jong Un
Tegang dan gelisah
Setelah pertandingan digelar, Duffy, Rodman, dan pemain basket AS lain diundang makan malam dengan Kim Jong Un.
"Ia tampak sangat muda, ini saya rasakan ketika kami berjabat tangan. Saya tak merasa sedang berhadapan dengan orang yang punya kekuasaan yang sangat besar," kata Duffy.