MANILA, KOMPAS.com - Pernyataan Presiden RI Joko Widodo bahwa Presiden Filipina Rodrigo Duterte mempersilakan pemerintah Indonesia mengeksekusi terpidana mati Mary Jane Veloso, membuat keluarga Mary Jane di Filipina menangis dan bingung.
Mereka meminta Duterte menjelaskan langsung apa maksud pernyataannya.
“Saya dan keluarga terkejut. Saya merasa hancur. Tidak tahu harus berbuat apa,” ungkap Ibunda Mary Jane, Nanay Celia, ketika dihubungi BBC Indonesia lewat sambungan telepon, Selasa (13/9/2016).
Pernyataan Celia diterjemahkan dari bahasa Tagalog ke bahasa Inggris oleh Kepala Migrante International, Garry Martinez.
Pada Senin (12/9/2016), usai melaksanakan shalat Idul Adha di Serang, Banten, Jokowi menceritakan pertemuannya dengan Duterte saat presiden Filipina itu berkunjung ke Jakarta, 9 September lalu.
Berbicara soal Mary Jane, Jokowi berkata, “Presiden Duterte saat itu menyampaikan, ‘silakan kalau mau dieksekusi’.”
Pernyataan Duterte seperti yang disampaikan Jokowi itu, dibantah pemerintah Filipina.
Juru bicara Duterte, Ernesto Abella, Senin (12/9/2016) mengungkapkan, “Dia (Duterte) hanya mengatakan, ‘Ikuti proses hukum di Indonesia, Saya tidak akan ikut campur’.”
“Karena ketika dia (Duterte) tiba kembali di Filipina, dia bilang bahwa dia tidak bisa menyampaikan informasi apa yang didapatnya dari Jokowi,” kata Celia.
“Dan dia (Duterte) bilang, dia akan sampaikan informasi itu secara pribadi kepada keluarga (Mary Jane), kepada kami,” Celia menambahkan.
Namun, Celia mengaku hingga 'saat ini,' Selasa (13/9/2016) sore WIB, mereka belum mendapat kabar dari pemerintah Filipina.
“Kami masih menunggu telepon dari kantor presiden. Kami tidak tahu waktunya kapan. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi,” ceritanya
Walau begitu, dirinya sedang melakukan berbagai upaya untuk 'menarik perhatian presiden.'
“Hari ini (Selasa) jam empat waktu Manila, pendukung Mary Jane berdoa bersama, mengirim pesan kepada presiden (Duterte), agar dia berbicara kepada kami,” kata Nanay Celia pula.