Namun, Harley pun mengakui bahwa pada 2012 dan 2013 ada penyebaran chikungunya yang meluas di Papua Niugini. Karenanya, penularan penyakit akibat virus tersebut akan sangat tergantung pada pola aktivitas setiap orang, termasuk kemungkinan perjalanan kerja ke sana.
“Jadi menurut saya, kita perlu melihat perpindahannya, khususnya di Quennsland utara di masa mendatang,” ungkap Harley.
Kendati demikian, Pemerintah Negara Bagian Queensland tetap meningkatkan kewaspadaan karena jenis nyamuk yang menularkan virus seperti Aedes aegypti ada di negara bagian itu. Queensland juga mewaspadai jenis nyamuk lain yakni Aedes albopictus yang lebih dikenal sebagai nyamuk macan Asia.
Pada Juni tahun lalu, virus chikungunya terdeteksi untuk pertama kalinya di barat laut Papua Niugini dengan sekitar 1.600 kasus. Epidemiolog dari WHO Boris Pavlin menyampaikan kalau virus menyebar dengan cepat ke 11 provinsi lainnya dan menginfeksi ribuan orang di Papua Niugini.
Sejauh ini virus chikungunya diketahui "mampir" ke Australia baru lewat para pelancong dari luar negeri. Chikungunya pertama kali ditemukan di Tanzania pada 1952 dan gejalanya mirip dengan DBD dengan nyeri sendi, ruam, dan demam.