China mengajukan formula yang dikenal sebagai "satu negara, dua sistem" di mana Taiwan akan diberikan otonomi jika menerima reunifikasi dengan China.
Baca juga: Sejarah China, dari Zaman Prasejarah, Dinasti, hingga Modern
Sistem tersebut didirikan di Hong Kong untuk digunakan sebagai semacam “pajangan” untuk menarik orang Taiwan kembali ke pangkuan China daratan.
Taiwan menolak tawaran itu, tetapi melonggarkan aturan tentang kunjungan dan investasi di China. Pada 1991, Taiwan menyatakan perang dengan Republik Rakyat Cina akan berakhir.
Pada 1992, tercapailah konsensus antara China yang dipimpim Partai Komunis dengan Taiwan yang masih dipimpin Kuomintang.
Dalam konsensus tersebut, China dan Taiwan menyepakati “satu China” meski masing-masing pihak memiliki penafsiran berbeda.
Hubungan “diplomatik” antara China daratan dengan Taiwan akhirnya secara resmi dimulai.
Baca juga: Sejarah Kerajaan Inggris, dari Era Anglo-Saxon hingga Saat Ini
Pada 2000, Chen Shui-bian dari Partai Demokratik Progresif (DPP) yang pro-kemerdekaan, terpilih sebagai Presiden Taiwan.
Kemenangan Chen Shui-bian mengakhiri dominasi Kuomintang di Taiwan selama 51 tahun. Ideoligi DPP yang keras soal kemerdekaan membuat hubungan Taiwan dengan China menjadi tegang.
Namun, serangkaian skandal korupsi yang melibatkan Chen Shui-bian, keluarganya, dan anggota senior DPP telah mencoreng citra partai.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.