Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akar Konflik China-Taiwan

Kompas.com - 26/11/2021, 14:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Dua tahun kemudian, atau tepatnya 1939, Perang Dunia II pecah.

Selama Perang China-Jepang II, China secara efektif dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah China nasionalis di bawah kendali pemerintah Republik China, wilayah China komunis di bawah Kungchantang, dan wilayah yang diduduki Jepang.

Kubu China nasionalis dan komunis pada dasarnya saling bermusuhan, meski pasukan militernya seolah-olah bersekutu di bawah panji Front Persatuan.

Selama Perang Dunia II, pada 1943, pemimpin Republik China Chiang Kai-shek bertemu dengan Presiden AS Franklin Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill di Kairo, Mesir.

Dalam pertemuan itu, tercetuslas Deklarasi Kairo yang menyatakan bahwa Taiwan dan Kepulauan Penghu akan dikembalikan ke Republik China.

Baca juga: Sejarah Perang Dunia II: Faktor Pemicu dan Negara yang Terlibat

Perang Saudara China fase kedua

Pada 1945, Perang Dunia II berakhir dengan kekalahan Jerman dan Jepang. Jepang menyerah dan menerima persyaratan penyerahan Deklarasi Potsdam pada 14 Agustus 1945.

Tak lama setelah itu, Perang Saudara China kembali pecah dan dilanjutkan fase kedua.

Kubu China nasionalis Kuomintang di bawah kepemimpinan Chiang Kai-shek dan kubu China komunis Kungchantang dikomandoi Mao Zedong kembali bertempur.

Dari Agustus 1945 hingga akhir 1946, kubu nasionalis dan komunis berlomba-lomba mengambil alih wilayah yang dikuasai Jepang.

Mereka membangun kekuatan mereka dan melakukan banyak pertempuran terbatas sambil tetap melakukan negosiasi untuk penyelesaian damai.

Selama 1947 dan paruh pertama 1948, setelah kubu nasionalis berhasil di awal-awal, situasi justru berbalik dan kubu komunis meraih kemenangan demi kemenangan.

Baca juga: Sejarah Jepang (I): Periode Jomon hingga Lahirnya Shogun

Kubu komunis akhirnya memenangi serangkaian kemenangan besar yang dimulai pada akhir 1948 yang mengarah pada berdirinya Republik Rakyat China.

Pada 1949, sekitar dua juta pendukung Republik China dan Kuomintang yang dipimpin Chiang Kai-shek melarikan diri ke Taiwan.

Mereka mendirikan sebuah pemerintahan yang terpisah setelah kalah perang sipil menghadapi kubu komunis pimpinan Mao Zedong.

Pada 1 Oktober, Mao Zedong mendeklarasikan berdirinya Republik Rakyat China di China daratan.

Pengumuman tersebut sekaligus mengakhiri Perang Saudara China fase kedua.

Baca juga: Sejarah Jepang (II): Nobunaga, Zaman Edo, hingga Zaman Modern

Republik China vs Republik Rakyat China

Setelah pendukung Republik China dan Kuomintang pergi dari China daratan, Chiang Kai-shek akhirnya memerintah Taiwan dan mendeklarasikan darurat militer di sana.

Pada 25 Oktober 1971, Majelis Umum PBB mengesahkan Resolusi 2758 PBB yang mengakui Republik Rakyat China sebagai satu-satunya perwakilan sah China di badan global tersebut.

Taiwan lantas menarik diri dari PBB.

Pada 1972, lewat Komunike Bersama, AS mengakui pemerintahan China daratan yang dikuasai oleh Partai Komunis dan Taiwan adalah bagian dari China.

Chiang Kai-shek meninggal pada 1975 dan kepemimpin atas Taiwan diteruskan oleh putranya, Chiang Ching-kuo pada 1978.

Baca juga: Sejarah Partai Komunis China

Pada 1979, AS tetap menjalin hubungan dengan Taiwan melalui Undang-Undang Hubungan Taiwan.

Pada 1987, Chiang Ching-kuo mencabut status darurat militer yang telah berlaku selama 38 tahun, enam bulan sebelum kematiannya pada tahun berikutnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com