Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/11/2021, 12:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Taiwan yang juga dikenal dengan nama Formosa adalah sebuah pulau yang terletak di lepas pantai tenggara China, antara Laut China Selatan dan Laut China Timur.

Pada abad ke-16, diyakini bahwa pelaut Eropa yang melewati Taiwan mencatat nama pulau itu sebagai Ilha Formosa, atau pulau yang indah.

Setelah itu, Taiwan terus dikunjungi oleh sejumlah kecil pedagang, nelayan, dan bahkan bajak laut dari China daratan.

Baca juga: Hubungan Amerika Serikat dengan Taiwan

Taiwan dikuasai Barat dan Jepang

Peta Taiwan.Shutterstock Peta Taiwan.

Imigrasi warga China ke Taiwan mulai pada abad ke-17. Pada abad ke-17 pula, atau tepatnya 1624, VOC mendirikan basis di Taiwan barat daya.

Di sana, VOC memulai transformasi dalam praktik produksi biji-bijian penduduk asli dan mempekerjakan pekerja China untuk bekerja di perkebunan padi dan gulanya.

Beberapa tahun setelah VOC mendirikan basis di Taiwan, penjelajah Spanyol ikut mendirikan pangkalan di Taiwan utara. Tetapi, digulingkan Belanda pada 1642.

Pada 1662, loyalis Dinasti Ming di bawah Zheng Cheng-gong, mengusir Belanda dari Taiwan dan membangun otoritas atas pulau itu.

Sekitar 20 tahun kemudian, pasukan Dinasti Qing berhasil menguasai wilayah pesisir barat dan utara Taiwan. Hampir dua abad kemudian, tepatnya pada 1885, Taiwan dinyatakan sebagai provinsi Dinasti Qing.

Baca juga: China Peringatkan Perusahaan Taiwan agar Tidak Mendukung Kemerdekaan

Pada 1894, pecahlah perang antara Dinasti Qing melawan Kekaisaran Jepang. Peperangan yang disebut Perang China-Jepang I itu berakhir pada 1895 dengan penandatanganan Perjanjian Shimonoseki.

Dalam perjanjian tersebut, Dinasti Qing di China daratan menyerahkan Taiwan dan Kepulauan Penghu ke Jepang.

Ketika berita tentang perjanjian itu sampai ke Taiwan, para pemimpin lokal di sana memproklamirkan Republik Taiwan, republik pertama di Asia.

Tetapi, masa hidup Republik Taiwan sangatlah singkat, hanya berlangsung sekitar 10 hari.

Kekuatan Barat menganggap perjanjian itu mengikat secara hukum, tetapi Dinasti Qing tidak beranggapan demikian. Mereka melihatnya sebagai perjanjian yang dipaksakan di bawah tekanan.

Baca juga: China Peringatkan Perusahaan Taiwan agar Tidak Mendukung Kemerdekaan

Taiwan dalam Revolusi China

Lukisan tentang Revolusi China oleh T Miyano.WIKIMEDIA COMMONS Lukisan tentang Revolusi China oleh T Miyano.

Pada akhir abad ke-19 Masehi, paham-paham nasionalisme dan demokrasi mulai masuk di kawasan Asia.

Hal tersebut menimbulkan beberapa pergolakan sosial dan politik di negara-negara Asia, termasuk China.

Muncul tokoh di China daratan yang masih dikuasai Dinasti Qing bernama Sun Yat Sen.

Dia memiliki sebuah ajaran bernama San Min Chu I (3 Asas Rakyat). Selain itu, Sun Yat Sen juga menginisasi berdirinya partai Kuomintang berhaluan nasionalis.

Ajaran San Min Chu I berisi nasionalisme, demokrasi, dan sosialisme. Dalam ajarannya, Sun Yat Sen mencita-citakan terbentuknya Republik China yang diperintah dengan demokratis.

Baca juga: Sejarah Berdirinya NATO, Prinsip, dan Tujuan

Akhirnya, revolusi China pecah pada 1911, dimulai dengan pemberontakan-pemberontakan oleh kaum revolusioner melawan pasukan Dinasti Qing.

Pada 10 Oktober 1911, Li Yuan Hung memimpin kaum revolusioner China untuk melakukan pertempuran di Kota Wuchang.

Pada 12 Oktober 1911, pasukan revolusioner mampu merebut dan menduduki 18 provinsi China.

Revolusi China berhasil menggulingkan Dinasti Qing pada Desember 1911 dan diprokamirkanlah Republik China.

Pada Januari 1912, Sun Yat Sen diangkat menjadi presiden sementara Republik China di Nanking oleh pasukan revolusioner.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com