Pada 1 Agustus 1927, Kungchantang alias Partai Komunis melancarkan pemberontakan di Nanchang.
Konflik ini berubah menjadi Perang Saudara China fase kedua dan mengarah pada pembentukan Tentara Merah. Pada tahun itu pula, Mao Zedong terpilih sebagai ketua Kungchantang.
Pada fase pertama Perang Saudara China ini, Kungchantang kewalahan. Mao Zedong dan pengikutnya bersembunyi di pedalaman sambil melancarkan perang gerilya.
Baca juga: Upaya Penyelesaian Konflik Kamboja 1979-1980
Perang Saudara China fase pertama terhenti pada 1937 ketika Jepang menginvasi “Negeri Panda” dan pecahlah Perang China-Jepang II.
Dua tahun kemudian, atau tepatnya 1939, Perang Dunia II pecah.
Selama Perang China-Jepang II, China secara efektif dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah China nasionalis di bawah kendali pemerintah Republik China, wilayah China komunis di bawah Kungchantang, dan wilayah yang diduduki Jepang.
Kubu China nasionalis dan komunis pada dasarnya saling bermusuhan, meski pasukan militernya seolah-olah bersekutu di bawah panji Front Persatuan.
Selama Perang Dunia II, pada 1943, pemimpin Republik China Chiang Kai-shek bertemu dengan Presiden AS Franklin Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill di Kairo, Mesir.
Dalam pertemuan itu, tercetuslas Deklarasi Kairo yang menyatakan bahwa Taiwan dan Kepulauan Penghu akan dikembalikan ke Republik China.
Baca juga: Sejarah Perang Dunia II: Faktor Pemicu dan Negara yang Terlibat
Pada 1945, Perang Dunia II berakhir dengan kekalahan Jerman dan Jepang. Jepang menyerah dan menerima persyaratan penyerahan Deklarasi Potsdam pada 14 Agustus 1945.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.