Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

45 Tahun Buang Air Besar di Tempat Terbuka, Pria ini Beberkan Alasannya

Kompas.com - 15/02/2020, 18:40 WIB
Miranti Kencana Wirawan,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Mulai dari mengirim limbah toilet ke pabrik pengolahan, mengkremasi dan memakamkan orang yang dicintai, hewan ternak, peradaban industri akan mengekstraksi sumber daya dari bumi dan tidak dapat mengembalikan dalam bentuk yang dapat diproses.

"Makan saja berarti mengambil kehidupan, tapi itu pun juga hak kita." papar Izawa, "Kotoran adalah tanggung jawab yang harus kita waspadai. Untuk buang air di luar rumah adalah cara untuk mengembalikan kehidupan," lanjutnya.

Izawa juga telah mengamati seberapa cepat pekerjaannya membantu menghubungkan dan menghidupkan kembali bagian-bagian dari alam.

Beberapa hari setelah dia menutupi "toilet darurat" dengan tanah, isinya penuh dengan kehidupan. "Jika (Anda) seekor semut, ini adalah rumah permen dongeng," jelasnya.

Baca juga: Risiko Mengintai, 8,6 Juta Rumah Tangga di Indonesia BAB Sembarangan

Kotoran manusia juga memiliki efek signifikan pada pohon. Akar pohon bisa merentang besar, mendorong bentuk simbiotik pertumbuhanjamur yang memungkinkan penyerapan garam anorganik dan air di dalam tanah.

Singkatnya, kotoran manusia bisa membantu alam membersihkan tanah dari limbah sintetis. Dengan ilmunya dan praktiknya ini, Izawa telah menyebarkan filosofinya melalui pembicaraan rutin yang diadakan di seluruh Jepang.

Sejauh ini dia menerima respon positif. "Terdapat beberapa kritik terkait noguso ini, seperti berbahaya, tidak sehat, ilegal dan seterusnya. Tapi saya tetap merekomendasikannya (noguso)," bbernya

Hampir separuh abad untuk bisa merasa ringan di kehidupan alam terbuka, Izawa baru sekali ditangkap saat BAB oleh seorang tunawisma di Tokyo.

Jika otoritas Jepang mengetahuinya, dia akan dikenakan sanksi berupa denda 10 ribu yen atau setara dengan Rp 1,2 juta.

Baca juga: Kurang Peduli Kesehatan Jadi Penyebab Masyarakat Masih BAB Sembarangan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com