Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika AS Membalas, Iran Siap Tembakkan Ratusan hingga Ribuan Rudal

Kompas.com - 11/01/2020, 21:04 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

Bendera-bendera itu, di antaranya bendera pasukan Mobilisasi Populer Irak, yang pemimpinnya tewas bersama Soleimani, serta Hizbullah Lebanon dan Hamas Palestina.

Bendera kelompok Houthi Yaman, yang hingga kini diklaim Iran bebas kepentingan mereka, juga dipajang dalam jumpa pers.

Rabu (8/1/2020), Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei menggambarkan serangan terhadap pasukan AS sebagai 'hinaan' bagi AS. Namun ia menyebut upaya balas dendam merupakan 'persoalan yang berbeda'.

Selama ini Jenderal Soleimani secara luas dianggap sebagai orang terkuat kedua di Iran. Sebagai kepala pasukan Quds, dia adalah arsitek kebijakan Iran di Timur Tengah.

Sementara itu AS mengatakan "siap untuk terlibat tanpa prasyarat dalam perundingan serius" dengan Iran.

Dalam sebuah surat kepada PBB, AS membenarkan upaya pembunuhan terhadap Soleimani sebagai tindakan membela diri.

Baca juga: AS Umumkan Sanksi Baru terhadap Iran, Apa Saja?

Bagaimana Ketegangan AS-Iran Bermula?

Ketegangan Teheran-Washington mulai meningkat pada 2018 setelah Presiden Trump menyatakan AS menarik diri dari kesepakatan nuklir antara Iran dan sejumlah negara besar

Kesepakatan nuklir pada 2015 antara Iran, AS, China, Rusia, Jerman, Perancis, dan Inggris itu mencabut sanksi atas Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.

Kesepakatan itu dimaksudkan untuk membatasi program nuklir Iran dan mencegahnya membuat senjata nuklir.

Namun demikian, Trump menginginkan kesepakatan baru yang juga akan mengekang program rudal balistik Iran dan keterlibatannya dalam konflik regional.

Baca juga: Raup Pendapatan Rp 37 Triliun, Ini Produsen Drone Pembunuh Jenderal Iran

AS juga memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran, yang membuat ekonomi negara itu merosot tajam.

Pembunuhan atas Soleimani terjadi ketika terjadi pertentangan tajam antara AS dan Iran, yang didukung kelompok-kelompok militannya.

Sengkarut itu muncul akibat kematian seorang kontraktor militer AS dalam serangan rudal di sebuah pangkalan AS di Irak.

AS menanggapinya dengan serangan udara terhadap kelompok milisi yang didukung Iran, Kataib Hezbollah. Kelompok milisi kemudian membalasnya dengan menyerang kedutaan AS di Baghdad.

Soleimani dianggap sebagai teroris oleh pemerintah AS. Ia dianggap bertanggung jawab atas kematian ratusan tentara AS dan berencana melakukan serangan "dalam waktu dekat".

Sejauh ini AS belum memberikan bukti tentang hal ini.

Iran bersumpah akan melakukan "balas dendam" atas kematian Soleimani. Jutaan orang di Iran menghadiri pemakamannya. Pada peristiwa itu, mereka berteriak "matilah AS dan Trump."

Serangan drone AS terhadap Soleimani juga menewaskan sejumlah anggota kelompok milisi Irak yang didukung Iran, yang juga bersumpah akan melakukan aksi balas dendam.

Baca juga: Komandan Iran Janjikan Pembalasan Keras hingga Pasukan AS Keluar dari Timur Tengah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com