WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) menyatakan bakal mempercepat pengembangan rudal balistik setelah mengumumkan keluar dari perjanjian nuklir dengan Rusia.
Pernyataan itu diucapkan Menteri Pertahanan Mark Esper yang menuduh Rusia sudah berulang kali melakukan pelanggaran Perjanjian Nuklir Jarak Menengah (INF).
Baca juga: Perjanjian Era Perang Dingin Runtuh, Begini Perbandingan Senjata Nuklir AS dan Rusia
Dilansir AFP Jumat (2/8/2019), Esper mengklaim mereka telah memulai pengembangan sistem rudal balistik dan rudal penjelajah konvensional, mobile, dan bisa diluncurkan dari darat.
Dalam keterangan resmi yang dirilis, Esper menjelaskan pengembangan rudal yang mereka lakukan baru tahap awal karena "mematuhi" perjanjian nuklir.
"Kini setelah mundur, Kementerian Pertahanan akan mempercepat proses pengembangan rudal yang diluncurkan di darat sebagai tanggapan bijaksana atas aksi Rusia," kata Esper.
Dia melanjutkan Pentagon bakal bekerja sama dengan sekutu mereka untuk mengedepankan Strategi Pertahanan Nasional demi melindungi keamanan dan membangun kemampuan mitra.
Moskwa mengungkapkan AS sudah membuat "kesalahan serius" ketika mengumumkan keluar dari INF, dan menyebut keluarnya itu atas inisiatif Washington sendiri.
AS memutuskan keluar dri INF setelah mempermasalahkan 9M729, rudal penjelajah yang disebut sudah melanggar aturan dalam perjanjian berusia 30 tahun itu.
Aturan paling utama dalam perjanjian yang diteken pada 1987 itu adalah kedua negara dilarang mengembangkan rudal dengan jangkauan 500-5.500 km.
Baca juga: Mengapa NATO Takut jika Perjanjian Nuklir antara AS dan Rusia Runtuh?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.