Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Produksi dan Penggunaan "Bazooka" Pertama untuk Kepentingan Militer

Kompas.com - 14/06/2019, 15:22 WIB
Aswab Nanda Prattama,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perang Dunia II memunculkan inovasi persenjatan yang mumpuni. Saat itu, tank merupakan ancaman bagi tentara infanteri yang sedang bertempur.

Tembakan dan daya ledak tank ini membuat pasukan infanteri kewalahan.

Inisiatif penggunaan granat untuk menghentikan dominasi tank juga tak efektif. Armor atau lapisan besi tank terlalu kuat untuk menerima serangan dari granat pasukan musuh.

Hal ini kemudian memunculkan ide untuk membuat senjata yang lebih besar.

Perwira Angkatan Darat AS, Edward Uhl ditugaskan untuk menciptakan sistem yang bisa mengirimkan granat dengan kecepatan tertentu dan mampu menghentikan tank-tank Jerman.

Pihak militer bekerja sama dengan perusahaan General Electric Company di Bridgeport, Connecticut untuk membuat senjata ini.

Mereka menciptakan roket kecil sebagai pendorong bahan peledak tersebut. Bentuknya tabung yang seukuran dengan granat.

Prototipe pertama dari senjata ini terdiri dari tabung baja berukuran 1,5 meter dan dilengkapi dengan pegangan tangan dan sandaran bahu. Mereka memproduksi ini hanya dalam waktu empat hari.

Selama pengujian, semua perwira senior terkesan karena alat ini bekerja dengan baik saat mengarahkan dan menembak.

Mayor Jenderal Barnes, Kepala Riset dan Teknik di Departemen persenjataan AS mengungkapan bahwa senjata ini benar-benar seperti "Bazooka".

Sejak saat itul, pihak militer sering menyebutnya "Bazooka".

Pengembangan terakhir hanya memakan waktu tiga minggu. Setelah itu, GE mendapatkan memproduksi 5.000 bazoka dalam 30 hari.

Baca juga: 5 Senjata Perang yang Mematikan dalam Catatan Sejarah

Produksi dan perkenalan ke publik

Penggunaan Bazookahistorybyzim Penggunaan Bazooka

Setelah semuanya dianggap selesai, senjata ini diperkenalkan kepada publik pada 14 Juni 1942. Seperti yang dilansir Britannica, senjata ini awalnya dikenal dengan sebutan M-1.

M-1 memiliki berat hingga 1,6 kilogram dan berdiameter 60 milimeter. Sebuah ledakan dari senjata ini dapat menembus 127 milimeter pelat baja.

Dengan jarak sekitar 200 meter, bazoka memungkinkan seorang prajurit infanteri biasa untuk menghentikan sebuah tank.

Untuk menghindarkan diri dari ledakan, operator memegang bazoka di bahunya dengan sekitar setengah tabung menonjol di belakangnya. Bazoka pun ditetapkan menjadi nama senjata itu.

Dalam praktiknya, bazoka mampu menghentikan tank-tank milik Jerman.

Pihak General Electric Company militer AS juga membuat varian lain yakni M9, M9A1, M20, dan M65 dengan spesifikasi yang berbeda dan bisa menembus pelat besi tank yang lebih tebal.

Baca juga: 5 Kendaraan Lapis Baja Andalan Nazi Jerman pada Perang Dunia II

Pengembangan

Pada akhir 1943, Bazoka M9 diperkenalkan dengan roket M6A3.

Daya ledak dan tembus armor tank membuat senjata ini diminati oleh militer Sekutu. Akan tetapi, efeknya tak lama karena Nazi Jerman juga membuat pelindung tank yang lebih tebal.

Setelah Perang Dunia II berakhir, bazoka mendapatkan sentuhan desain dan dikembangkan menjadi M20 Super Bazooka. Keunggulan senjata ini memiliki jangkauan dan penetrasi lebih tinggi.

Untuk pengoperasiannya dengan menggunakan dua orang dan bisa menembakkan enam peluru per menit.

Namun, karena pengurangan anggaran, produksi M20 tak maksimal. Dengan demikian, pada Perang Korea hanya menggunakan Bazooka M9 dan M9A1, yang terbukti sangat efektif melawan tank Soviet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com