Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Snuppy, Anjing Kloning Pertama yang Lahir ke Dunia

Kompas.com - 24/04/2019, 18:05 WIB
Aswab Nanda Prattama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

Sumber CNN,Gizmodo

KOMPAS.com - Perkembangan ilmu pengetahuan yang kian maju, menjadi dasar ilmuwan untuk menghasilkan penemuan baru. Salah satunya adalah dengan keberhasilan mengkloning mamalia pertama, yaitu domba Dolly pada 28 tahun silam.

Berawal dari situ, beberapa ilmuwan dunia mulai berusaha mengkloning hewan lain. Muncul tantangan dari beberapa aktivis makhluk hidup yang menolak kloning. Sebab, hewan hasil kloning dinilai tak memiliki umur yang panjang.

Dilansir dari Gizmodo, upaya ilmuwan tetap berlanjut. Salah satunya menghasilkan anjing kloning pertama dunia. Anjing ini lahir pada 24 April 2005 di Korea Selatan.

Kloning ini merupakan hasil kerja ilmuwan di Seoul National University dengan arahan ilmuwan bernama Hwang Woo Suk. Anjing yang diberi nama Snuppy tersebut merupakan keturunan anjing ras afghanistan.

Berbagai tanggapan positif muncul atas pencapaian kloning pertama ini. Majalah Time tahun itu menobatkan Snuppy sebagai penemuan paling menakjubkan.

Pengembangan

Hwang Woo SukThe Hindu Hwang Woo Suk

Rencana pengembangan kloning anjing menjadi serius ketika banyak hewan yang berhasil dikloning. Namun, anjing tercatat sebagai hewan yang paling sulit untuk dikloning.

Ilmuwan Woo Suk Hwang, seorang peneliti utama di Seoul National University, memiliki langkah serius untuk mengembangkan rencana tersebut.

Ia mencoba menciptakan kloning menggunakan jaringan dari telinga anjing ras afghanistan yang berusia 3 tahun dengan sel telur kosong. Setelah sel telur itu membelah dan berkembang menjadi embrio, akhirnya dipindahkan ke induk donor.

Sekitar 123 induk donor digunakan untuk menampung embrio dari penelitian kali ini, namun hanya tiga embiro yang berhasil berkembang. Proses kloning Snuppy ini membutuhkan hampir tiga tahun.

Dalam perkembangannya, dari tiga ibu donor yang hamil hanya dua yang berhasil melahirkan anjing kloning. Anjing kloning itu lahir melalui operasi, setelah dikandung selama 60 hari oleh induk anjing donor.

Sementara, anjing pertama selamat dan yang kedua harus mati dua minggu setelah lahir.

Tim peneliti akhirnya mengumumkan keberhasilan ini setelah empat bulan kelahiran Snuppy. Namanya diambil dari singkatan SNU yang berasal dari Seoul Nasional University dan PPY diambil dari puppy yang berarti anak anjing.

Pasca keberhasilan itu, Hwang mencatatkan namanya sebagai salah satu penemu terhebat dunia. Ia menjadi orang yang terkenal di dunia setelah saat itu.

Namun semua itu tak lama, penelitiannya mendapatkan kritikan dan ketenarannya mulai meredup.

Baca juga: Snuppy, Anjing Kloning Pertama di Dunia, Dikloning Ulang dan Sukses

Kecaman dan proyek diambil alih

Byeong Chun Leecnn Byeong Chun Lee
Hwang mendapatkan tuduhan melakukan pelanggaran terkait dugaan mengkloning embrio manusia. Tuduhan itu diperjelas bahwa dia membayar embrio dari karyawannya yang merupakan pelanggaran serius terhadap kode bioetika.

Dia akhirnya diberhentikan dari proyeknya, juga universitas. Setelah itu Profesor Byeong Chun Lee mengambil alih kepemimpinan.

Pada 2008, Snuppy terlibat dalam perkembangbiakan kloning. Sperma dari Snuppy digunakan untuk inseminasi dua induk betina. Hasilnya mempu melahirkan 10 anak anjing, namun sembilan anjing yang mampu selamat.

Tim SNU yang berada di bawah Lee telah mengkloning lebih dari 30 anjing dan lima serigala.

Snuppy menjalani hidup sebagai anjing lab di Seoul National University. Sebagai anjing ras afghanistan, ia mampu bertahan hidup rata-rata sampai 11,9 tahun.

Hasil pengamatan menunjukkan, tidak ada perbedaan signifikan antara anjing klon dengan biasa. Umur anjing klon bisa setara dengan anjing normal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com