Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria Ini Menggugat Orangtuanya karena Tak Ingin Dilahirkan, Ini Jawaban Sang Ibu

Kompas.com - 07/02/2019, 20:18 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

NEW DELHI, KOMPAS.com - Masih ingat dengan Raphael Samuel? Pria asal India itu menuai perhatian setelah berencana menggugat orangtuanya di pengadilan.

Sebabnya, dia menggugat sang orangtua karena telah melahirkannya ke dunia tanpa persetujuannya. Dia menganggap melahirkan bayi tanpa izin secara moral salah.

Orangtuanya pun angkat bicara dengan mengatakan mereka sudah mendengar langsung dari Samuel bahwa dia berencana mengajukan gugatan hukum kepada mereka.

Baca juga: Tidak Ingin Dilahirkan, Seorang Pria Berniat Menggugat Orangtuanya

Melalui keterangan resmi dikutip BBC Kamis (7/2/2019), sang ibu Kavita Karnad Samuel menjelaskan "pergolakan" yang terjadi kepada putranya.

Kavita menjelaskan, dia memuji keberanian pria 27 tahun itu untuk menggugat mereka yang notabene adalah seorang pengacara.

"Dan jika Raphael bisa memberikan penjelasan masuk akal bagaimana kami harus meminta persetujuannya sebelum melahirkannya, saya bakal mengakui kesalahan saya," kata Kavita.

Dia menuturkan bisa memahami Samuel. Bahkan, dia meminta orang tidak menghakimi hanya berdasarkan sepotong keyakinannya saja.

Kavita menjelaskan, putranya meyakini Bumi sudah menanggung beban terlampau berat akibat banyaknya manusia. Belum lagi melihat penderitaan anak-anak di jalanan.

"Saya sangat senang putra saya tumbuh menjadi pria yang pemberani dan berpikiran terbuka. Dia meyakini jalan yang dipilih bakal membuatnya bahagia," puji Kavita.

Adapun Samuel mengaku dia sudah memberitahukan keinginan tersebut kepada orangtuanya. Keduanya pun menanggapi dengan "tenang".

Bahkan, ayahnya memberikan ide apa saja yang harus dibahas. "Ibu berkata dia sangat ingin melihat saya sebelum dilahirkan sehingga bisa menanyakan pendapat saya," katanya tertawa.

Pengusaha asal Mumbai itu merupakan anti-natalitas. Yakni paham bahwa hidup penuh penderitaan sehingga orang harus berhenti melahirkan anak.

"Tidak ada gunanya nilai kemanusiaan. Bumi beserta isinya bakal jauh lebih indah jika manusia punah. Manusia juga tidak akan mengalami penderitaan," tuturnya.

Pada 2018, dia meluncurkan laman Facebook berisi pesan seperti "Apakah bukan merupakan pemaksaan jika anak lahir dan memaksa mereka menjalani karir, perbudakan, atau penculikan?".

Baca juga: Tidak Ingin Mencemari Dunia, Pasangan Ini Putuskan Tak Punya Anak

Atau pesan seperti "orangtua Anda mempunyai Anda alih-alih anjing atau mainan. Anda adalah sumber hiburan mereka".

Samuel berujar dia mulai mendapat pemahaman tentang anti-natalitas ketika berusia lima tahun. Saat itu, dia tidak ingin ke sekolah.

Namun ayahnya terus memaksanya. Pada saat itulah, Samuel mengingat dia sempat mengatakan mengapa orangtuanya harus mempunyai dia.

"Ayah saya tidak mampu menjawabnya. Mungkin jika dia punya, saya tidak akan memilih jalan ini," ujar Samuel kembali.

Lebih lanjut, meski merupakan orangtuanya, ayah dan ibu Samuel merupakan pengacara. Bahkan, mereka sudah berjanji tidak akan menahan diri kepada anaknya.

"Ibu saya sampai mengatakan bakal menghancurkan saya di persidangan. Saat ini saya sedang mencari pengacara, namun belum berhasil," ungkapnya.

Dia mengaku keyakinannya mendapat beragam respon. Dari mulai dukungan hingga kecaman supaya Samuel membunuh dirinya sendiri.

"Saya tidak ingin dilahirkan. Saya bukannya tidak bahagia. Hanya saja saya tidak ingin berada dunia ini," pungkas Samuel.

Baca juga: Bayi yang Dibuang R Dilahirkan di Kamar Mandi Majikannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com