NEW DELHI, KOMPAS.com - Kematian pria asal Amerika Serikat John Allen Chau yang dipanah oleh suku terasing penghuni Pulau Sentinel Utara di Kepulauan Andaman, India, kembali menyoroti keberadaan kelompok masyarakat yang menutup diri dari dunia luar itu.
Laporan dari India Today menyebutkan, suku Sentinel di Andaman bagian barat tidak berjabat tangan.
Hidup berburu dan meramu, mereka menggunakan salam dengan duduk di pangkuan satu sama lain dan mendaratkan tamparan hangat di punggung mereka sendiri.
Baca juga: Polisi India Kesulitan Ambil Jenazah Pria AS yang Dipanah Suku Sentinel
Keramahan itu biasanya tidak akan dipakai ketika berhadapan dengan orang asing dari luar pulau. Panah yang dilesatkan justru sebagai gantinya.
Namun pernah suatu ketika, orang asing menginjakkan kaki di pulau tersebut pada akhir abad 19, ketika India berada di bawah kekuasaan Inggris.
Melansir New York Times, seorang perwira angkatan laut Inggris menggambarkan sebuah pulau terpencil yang dikelilingi karang di Laut Andaman.
Dia bertemu dengan salah satu suku paling misterius di dunia. Penduduk yang sangat terisolasi dan pemalu. Mereka makan akar, kura-kura, dan menyimpan tengkorak babi hutan.
Perwira itu bernama Maurice Vidal Portman. Terpesona akan keunikan pulau, dia menculik beberapa anggota suku terdiri pasangan orang dewasa dan empat anak, membawa mereka ke rumahnya di sebuah pulau yang lebih besar.
Pulau besar itu merupakan lokasi Inggris menjalankan penjara. Orang dewasa yang dibawa Portman jatuh sakit dan meninggal dunia.
There's been a lot of talk about the missionary killed by the natives of North Sentinel Island. They're probably so aggressive because of this weirdo, Maurice Vidal Portman. So here's a big thread about this creep and some facts from my decade-long obsession with the island. pic.twitter.com/rfOVjfU2ZY
— Respectable Lawyer (@RespectableLaw) 23 November 2018
Kemudian, anak-anak yang diculik dikembalikan ke pulau tersebut. Portman pun mengakhiri eksperimennya yang disebutnya sebagai kegagalan.
Saat itu diyakini populasi suku Sentinel mencapai 8.000 orang, dan sekarang jumlah mereka sekitar 150 orang.
Selama abad-abad berikutnya, beberapa orang luar pernah kembali mengunjungi pulau yang disebut Sentinel Utara.
Hampir setiap orang yang berkunjung disambut dengan terjangan panah. Pada 1970-an, sutradara film dokumenter National Geographic terkena satu panah pada bagian kakinya.
"Kemungkinan penduduk pulau trauma dengan peristiwa penculikan, atau mungkin mereka takut pada penyakit asing," demikian laporan New York Times.
Tidak ada yang pernah tahu persis mengapa mereka begitu bermusuhan dengan orang luar, dan bahasa mereka hingga kini tetap menjadi misteri.