KOMPAS.com - Pada masa lalu, kapal dagang dari Laut Tengah membutuhkan waktu lebih lama saat hendak berlayar ke Samudera Hindia. Kapal-kapal itu harus mengitari Tanjung Harapan di Afrika Selatan terlebih dulu.
Perancis di bawah komando Napolen Bonaparte akhirnya membuat inisiatif untuk membangun sebuah terusan atau kanal.
Terusan yang rencananya menghubungkan Laut Merah dan Laut Tengah memang dapat mempercepat waktu tempuh yang menguntungkan bagi para pedagang.
Adapun, terusan yang dibuat itu bernama Terusan Suez. Kini, Terusan Suez bisa digunakan oleh berbagai orang untuk melewati daerah itu dengan konsumsi waktu yang lebih cepat.
Berusia lebih dari 100 tahun, inilah beberapa fakta terkait Terusan Suez, dilansir dari History.com dan Britannica.com.
Terusan Suez yang dikenal saat ini merupakan "karya" paling baru dari beberapa saluran air buatan manusia yang pernah berkelok melintasi Mesir.
Firaun Mesir Senusret III bahkan telah membangun saluran awal yang menghubungkan Laut Merah dan Sungai Nil sekitar tahun 1850 SM.
Selain itu, ketika Mesir di bawah pemerintahan Dinasti Ptolomeus (305 SM-30 SM), sebuah kanal juga pernah dibuat untuk menghubungkan Danau Bitter ke Laut Tengah.
Dibuat juga kanal yang menghubungkan Danau Timsah ke utara hingga mencapai Sungai Nil. Namun karena tak dirawat dengan baik dan dihancurkan oleh alasan pertimbangan militer.
Pada abad ke-15, bangsa Eropa membayangkan sebuah jalur pelayaran yang memungkinkan kapal-kapal dagang berlayar dari Laut Tengah ke Samudera Hindia lewat Laut Merah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.