Sementara itu, Ekaterina Ozhiganova (26) berharap organisasi Model Law yang dibentuknya bisa membantu para model yang takut membicarakan keburukan industri ini.
"Sebab industri ini menganggap mereka yang banyak bertanya sebagai model yang susah diajak kerja sama," ujar Ekaterina.
"Banyak orang membayangkan para model menghasilkan banyak uang, tetapi hal itu tidak benar. Hanya dua persen model yang benar-benar mendapatkan penghasilan besar. Sementara model pria nasibnya lebih buruk," tambah dia.
Baca juga: Nicki Minaj dan Cardi B Berkelahi di Pesta New York Fashion Week
Dia melanjutkan, bekerja tanpa bayaran adalah kutukan bagi kehidupan para model meski telah bekerja berjam-jam.
"Oke, pekerjaan ini memang prestisius tetapi bagaimana kami harus membiayai hidup?" tanya Ekaterina.
Untuk memperjuangkan nasib para model ini, Model Law sudah menjalin pembicaraan dengan Synam, sebuah lembaga yang mewakili agen-agen model Perancis.
Pemimpin Synam Isabelle Saint-Felix mengaku, Model Law memiliki "tuntutan yang bisa dibenarkan" termasuk regulasi tentang tenaga kerja yang harus diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Hal ini penting karena sebagian besar model yang bekerja di Paris tidak bisa berbahasa Perancis.
"Namun, mereka harus membatasi klaim dan tidak membuat tuntutan yang terlalu umum," kata Isabelle.
Baca juga: Indonesia Fashion Week Angkat Budaya Nusantara
Perlakuan terhadap model menjadi pembicaraan setelah seorang agen James Scully membongkar hal-hal buruk di balik industri yang glamor ini.
Insiden itu memicu dua raksasa fesyen Perancis LVMH dan Kering, yang memiliki beberapa merek ternama, bekerja sama untuk memerangi perlakuan buruk terhadap para model.
...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.