Kisah Valentino diawali ketika Valentino dituduh membunuh Torriano Jackson, remaja berusia 17 tahun di satu malam bulan Agustus 1991.
Valentino mengakui dia berada di lokasi kejadian tetapi dia mengaku berada di sebuah toko sedang membmeli bir saat suara tembakan terdengar.
Di pengadilan, Valentino mengatakan, banyak saksi yang bisa memastikan bahwa dia tidak menembakkan senjata.
Baca juga: Pria Swedia yang Disandera Al Qaeda Selama 6 Tahun Akhirnya Dibebaskan
Sayangnya, jaksa tidak memanggil satu pun saksi sedangkan yang hadir di persidangan diduga memberikan kesaksian palsu.
Dan hal tak lazim lainnya adalah detektif yang menangani kasus itu sama sekali tidak diminta bersaksi.
Namun, kesalahan paling fatal yang ditemukan tim Universitas George Washington.
Jaksa ternyata tidak memberikan fakta kepada pengacara bahwa tes membuktikan tidak ada bubuk mesiu di pakaian Valentino Jackson.
Di sisi lain, beberapa hari setelah kejadian itu, seorang pria bernama Lamarr Scott mengaku ke media bahwa dialah pelaku pembunuhan Torriano Jackson.
"Saya tak mau teman saya (Valentino) menjalani hukuman atas perbuatan saya," kata Lamarr Scott kepada stasiun televisi WGRZ-TV saat itu.
Anehnya, meski sudah melakukan pengakuan secara terbuka, polisi tidak pernah menangkap Lamarr.
Polisi hanya mendengarkan pengakuan saudara korban yang mengaku melihat Valentino yang melepaskan tembakan.
Baca juga: Narapidana Tertua Berusia 100 Tahun Akhirnya Dibebaskan
Menurut harian The Buffalo News, jaksa mengakui Lamarr Scott sudah lama mengaku sebagai pelaku pembunuhan itu.
"(Lamarr) Scott sudah mengakui perbuatannya sejak 12 Agustus 1991. Dia bahkan sudah mengakui kejahatannya sebanyak 10 kali," kata Asisten Jaksa Wilayah Sara Dee kepada pengadilan.