Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

"Made in Vietnam", Istilah Global yang Baru

Kompas.com - 06/08/2018, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

LUPAKAN “Made in China”, sekarang kita punya istilah global yang baru, yakni “Made in Vietnam”.

Negara yang dulu dilanda perang, saat ini berhasil memposisikan diri sebagai pusat manufaktur penting. Satu dari 10 ponsel pintar yang ada di dunia, diproduksi di Vietnam, bahkan mungkin Anda juga sedang membaca artikel ini dari ponsel itu.

Pada 2017, produk-produk Samsung mencakup sekitar seperempat dari ekspor Vietnam yang mencapai 227 miliar dollar AS, yang juga didominasi ekspor besi dan furnitur.

Namun, mereka juga seringkali menambahkan inovasi dengan cara yang mengejutkan, seperti yang Ceritalah temukan di Danang.

Nguyen Ba Hoi tidak memproduksi ponsel pintar atau baja untuk di ekspor. Namun, ia fokus untuk mengembangkan negaranya menjadi sebuah pusat inovasi.

Ia menghabiskan waktunya di beragam “makerspace” – tempat bagi para desainer kreatif, pemikir, dan pengrajin dapat bertemu untuk merancang dan menguji produk-produk baru, yang sedang menjamur di kawasan tersebut.

“Banyak mahasiswa datang ke sini untuk belajar mengenai thermal equation atau membuat alat musik dalam dua jam. Kami juga sedang merancang sebuah alat untuk membantu pasien stroke – saat ini masih dalam tahap purwarupa,” papar Hoi.

Hoi, ayah dua anak ini, membawa saya keliling sebuah makerspace di kampus University of Danang – satu dari dua yang didirikannya pada 2015. Area tersebut dipenuhi oleh printer 3D, pemotong laser, dan beragam peralatan yang dapat diimpikan oleh penggemar teknologi.

Namun perjalanan hidupnya tidak selalu semudah ini. “Kedua orangtua saya adalah guru SD dan petani di paruh waktunya. Mereka memelihara ternak babi… pendapatan mereka sangat rendah,” kata Hoi.

Hoi lahir di sebuah desa di daerah Binh Lanh, Provinsi Quang Nam, di bagian tengah Vietnam yang memiliki populasi lebih dari 1,4 juta. Tempat tersebut masih terlihat sederhana, jalan hanya satu jalur dengan toko-toko satu lantai yang dikelilingi oleh bukit dan hutan yang tak kunjung habis.

Nguyen Ba Hoi (kiri) memperlihatkan kepada Karim Raslan bermacam gawai di Ruang Kreasi yang digunakan untuk menemukan susunan produk.Mai Duong for Ceritalah Nguyen Ba Hoi (kiri) memperlihatkan kepada Karim Raslan bermacam gawai di Ruang Kreasi yang digunakan untuk menemukan susunan produk.
“Saya lahir di daerah yang sangat miskin… Saya datang ke Danang untuk kuliah dan kerja keras, agar dapat membantu orangtua. Berat saya dulu hanya 38 kg dan saya hanya tidur empat jam sehari agar punya waktu untuk belajar Bahasa Inggris… Saya ingin pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studi saya,” lanjut Hoi.

Setelah memeroleh sarjana di bidang teknik elektro dari University of Danang, Hoi menempuh studi S2 di bidang microelectronics di Asian Institute of Technology Thailand. Ia kemudian pindah ke Munich dan terlibat dalam merancang sebuah sistem kotak hitam untuk Mercedes Benz.

Sebagai alumnus Catholic University of America di Washington yang menyandang gelar PhD di bidang Rekayasa Biomedis, pria ambisius berumur 39 tahun ini bangga kembali ke kampung halamannya.

“Tiap kali saya mendengar tentang teknologi terkini, itu selalu ditemukan oleh peneliti dari Jerman atau Inggris. Kenapa tidak bisa seseorang dari Vietnam yang menemukannya? Inilah yang ditawarkan oleh tempat-tempat seperti makerspace. Beri kesempatan kaum muda Vietnam untuk memunculkan namanya sendiri,” ucap Hoi penuh keyakinan.

Danang adalah kota ketiga terbesar di Vietnam dengan populasi lebih dari satu juta penduduk. Kota ini diperkirakan akan menampung lebih banyak lagi pusat-pusat kewirausahaan dan inisiatif teknologi seperti milik Hoi – untuk mendorong sektor teknologi dan inovasi domestik.

Pelajar Universitas Danang melakukan pengetesan mengenai teknik dan gawai untuk projek perorangan dan akademik.
Mai Duong for Ceritalah Pelajar Universitas Danang melakukan pengetesan mengenai teknik dan gawai untuk projek perorangan dan akademik.
FPT Corporation, perusahaan teknologi dan informasi terbesar di Vietnam, sedang mentransformasi metropolis pesisir tersebut menjadi sebuah “kota pintar” sebelum 2020.

Mereka telah berinvestasi 658.000 dollar AS di beragam proyek rintisan, seperti pengaturan signal lalu lintas secara real time dan sistem pendataan pasien secara elektronik di rumah sakit.

Pengelolaan kota tersebut bahkan dipenuhi juga oleh berbagai inovasi. Sebagai bagian dari upaya mewujudkan “kota hijau” di 2025, Danang sudah mengurangi 12.000 ton emisi karbon dengan menerapkan mobil hybrid dan pemanas air bertenaga surya.

Meskipun sekarang pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ini banyak yang melambat – terutama setelah perang dagang AS-Tiongkok – PDB Vietnam justru tumbuh sebesar 7,38 persen di kuartal I tahun 2018.

Di balik sentimen negatif Presiden Donald Trump terhadap perdagangan global, lebih dari 60 perusahaan Amerika, mulai dari Microsoft hingga IBM telah merapat ke Danang untuk melihat peluang mereka di Central Key Economic Zone, sebuah area seluas tujuh provinsi yang ditetapkan oleh pemerintah Vietnam sebagai area perkembangan ekonomi.

Namun, hanya sekitar 9 persen dari tenaga kerja di Vietnam yang memiliki kualifikasi perguruan tinggi. Hal ini dapat menjadi sebuah halangan bagi Vietnam untuk meningkatkan kapabilitas industrinya melampaui manufaktur.

Petanda yang berbunyi ?Bangun Masa Depan? mendorong pelajar Universitas untuk menuangkan semangat inovatif pada Ruang Kreasi di Danang.
Mai Duong for Ceritalah Petanda yang berbunyi ?Bangun Masa Depan? mendorong pelajar Universitas untuk menuangkan semangat inovatif pada Ruang Kreasi di Danang.
Namun Hoi tetap optimistis akan masa depan. Saat sedang duduk bersama kedua orangtuanya – yang bahagia telah pensiun dari petani – ia berkata, “Saya sangat suka dengan filosofi yang kami miliki di makerspace. Ketika kamu datang dan menciptakan sebuah inovasi, kamu bisa menemukan kegagalan dengan cepat. Tapi kamu harus terus mencoba lagi dan kelak kamu akan sukses. Sebelum menjadi sukses, kita harus menemui banyak kegagalan dulu.”

Di dinding makerspace miliknya terdapat sebuah kutipan sederhana, “Bangun masa depan”.
Jika Vietnam dapat mengembangkan tenaga kerjanya, memotong pita merah, dan mendukung lebih banyak orang seperti Hoi – masa depan Vietnam tak diragukan lagi, akan menjadi inspirasi dan berdampak bukan hanya untuk rakyatnya, tapi juga ke seluruh kawasan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com