Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/07/2018, 15:19 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Newsweek

MOSKWA, KOMPAS.com - Badan Keamanan Rusia (FSB) dilaporkan menangkap seorang ilmuwan setelah data rudal hipersonik mereka diduga bocor.

Viktor Kudyavtsev dituduh telah membocorkan data pengembangan teknologi senjata hipersonik kepada negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Dikutip harian Latvia Meduza, selain Kudyavtsev, FSB juga menyelidiki 12 ilmuwan lainnya dari badan antariksa Rusia, Roskosmos.

Baca juga: Rahasia Rudal Hipersonik Rusia Diduga Bocor ke Negara Barat

Diwartakan Newsweek Selasa (24/7/2018), mereka dituding melakukan pengkhianatan, dan bakal mendekam 20 tahun jika terbukti bersalah.

Penangkapan ilmuwan senior itu memunculkan pertanyaan; seberapa canggih dan berharga rudal hipersonik tersebut?

Sebuah laporan dari kelompok Aliansi Advokasi Pertahanan Rudal (MDAA) membeberkan rudal bernama Avangard dan Kinzhal tersebut.

Dalam laporan tersebut, rudal hipersonik menggabungkan kecepatan rudal balistik dengan kemampuan manuver rudal penjelajah.

"Disebut hipersonik karena senjata itu bisa melaju lebih dari Mach 5, atau 4.800 km per jam, dan mampu bergerak lincah saat terbang," tulis MDAA.

Rudal itu dikembangkan untuk meningkatkan probabilitas kesuksesan menghantam target sembari membawa hulu ledak nuklir atau konvensional.

Senjata itu bisa ditembakkan dengan dua cara. Pertama bisa dari menara peluncur rudal balistik antar-benua (ICBM) atau kapal selam.

Setelah dilincurkan, rudal itu bakal menggunakan mesin jet untuk melewati atmosfer sebelum turun dalam kecepatan hipersonik.

Yang kedua, rudal itu dibawa oleh pesawat pembom atau jet tempur, dan dilepaskan di tengah udara, dan secara bertahap mencapai kecepatan hipersonik.

Saat ini, rudal hipersonik yang diperkenalkan Rusia dilaporkan masih belum bisa menembus sistem rudal Patriot milik Amerika Serikat (AS).

Namun, Negeri "Beruang Merah" masih terus melakukan penelitian untuk menyempurnakan kemampuan bergerak rudal hipersonik.

Antara lain dengan menggabungkan rudal penjelajah Kinzhal dengan rudal balistik jarak pendek Iskander-M.

Pakar senjata memprediksi cetak biru rudal hipersonik itu bakal rampung pada 2020, dan bisa ditingkatkan kecepatan maupun manuvernya.

Selain Rusia, AS, Inggris, China, India, maupun Australia dikabarkan juga mengembangkan teknologi hipersonik.

Namun, hanya AS dan China yang berhasil menciptakan peluncur hipersonik yang biasanya ditempatkan di atas roket.

Baca juga: Dituduh Bocorkan Informasi Rudal Hipersonik, Ilmuwan Rusia Ditahan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com