Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Perhimpunan Pelajar Indonesia
PPI

Perhimpunan Pelajar Indonesia (www.ppidunia.org)

China Versus AS: Perang Ideologi Jilid 2

Kompas.com - 02/04/2018, 17:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Paman Sam mengkhawatirkan jika China akan menjadi kompetitor Amerika dalam banyak hal. Namun demikian, untuk meyakinkan dan menjaga persahabatan baik dengan Amerika, China melontarkan bahwa kemajuan yang dialaminya adalah perkembangan dunia yang tidak perlu ditakutkan.

China menegaskan bahwa kemajuan ini sebagai kebangkitan yang damai (peaceful rise) yang tidak akan menganggu struktur-struktur dasar politik internasional yang telah terjalin. Hal ini tentunya disambut baik dan gembira oleh barat dimana China memang menunjukkan komitmen terhadap perkataannya.

Memasuki era kepemimpinan Xi Jinping, China tidaklah berbeda. China terus tumbuh menjadi salah satu aktor terpenting di politik dunia. Dengan kemajuan pesat yang dialaminya, China terus membangun negeri dengan memperluas dan memperdalam kebijakan luar negeri.

Perumusan kebijakan OBOR (One Belt One Road Iniative) adalah satu bukti bahwa China menaruh perhatian besar kepada kebijakan luar negerinya dengan memberikan bantuan pembangunan infrastruktur global.

Baru-baru ini, Xi menyatakan bahwa model pemerintahan Republik Rakyat China layak diadopsi oleh negara-negara lain karena telah terbukti efektif dalam pembangunan negeri dengan populasi ribuan juta jiwa.

Dilaporkan oleh Quartz News, pemerintah China dimulai dari tahun 2014 telah mengadakan pertemuan tahunan yang mengundang para pemimpin politik dunia. Pertemuan tersebut bertujuan untuk membeberkan tentang model pemerintahan dan pembangunan China.

Selanjutnya, Quartz menjelaskan bahwa dalam rangka memperkuat hubungan dengan Afrika, China juga telah mengundang para politisi muda Afrika untuk diberi pelatihan-pelatihan. Hal ini jelas mengindikasikan tentang keinginan China untuk menjadi pusat ide dalam pembangunan masyarakat dunia.

Selain itu, hal tersebut juga menjadi bukti bahwa terdapat keinginan oleh China untuk "menjual" ide dan sistem pemerintahan dan pembangunan China ke dunia luar.

Mengenai tujuan dari hal ini, adalah hal yang mungkin jika China ingin memperkuat pengaruhnya terhadap masyarakat dunia layaknya apa yang telah Amerika dan negara-negara besar lainnya telah lakukan.

Secara tidak langsung, hal ini mengindikasikan kemungkinan akan terjadinya kembali kompetisi ideologi yang telah terjadi pada masa perang dingin. Bedanya, China akan menjadi aktor sentral mengganti Uni Soviet (Rusia) sebagai kompetitor utama Amerika.

Bila dikomparasikan dengan Perang Dingin, kebijakan obor China dapat dikatakan sebagai aid diplomacy yang masif dilakukan pada masa Perang Dingin. Kebijakan Obor China dapat disandingkan dengan kebijakan Marshall Plan Amerika dan Molotov Plan Uni Soviet. Namun demikian, kita harus tetap memperhatikan pola-pola yang akan terjadi.

Apa yang menjadi kebenaran pada masa sekarang adalah China telah mengalami banyak kemajuan dalam bidang diplomasi dunia tak terkecuali di Afrika.

Rex Tillerson, diplomat Amerika, baru saja melakukan kunjungannya ke Afrika. Ia melihat China telah menjadi rekan baik oleh banyak negara Afrika.

Dalam pesannya di Ethiopia, Tillerson mengingatkan agar negeri-negeri Afrika berhati-hati dalam berhubungan dengan China. Namun demikian, suara dari politisi Afrika lebih memilih China karena sikap Amerika yang tak layak kepada Afrika.

Terlepas dari hal itu, perisitiwa ini telah membuktikan bahwa tidak hanya perang perdagangan Washingtong-Beijing yang terjadi, namun kompetisi ideologi Washington-Beijing telah terjadi dan akan masih menyajikan konstelasi politik internasional yang menarik untuk dikaji.

Khairil Ramadhani
Chulalongkorn University
Permitha Thailand (ppidunia.org)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com