Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Pengajaran dengan Bahasa Ibu, Spirit Masyarakat Iloco, dan Warisan Marcos

Kompas.com - 31/03/2018, 13:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ketegangan antara sisi regionalisme dan nasionalisme ini memang sering dimainkan di panggung politik. Misalnya, terpilihnya Presiden Filipina Rodrigo Duterte dikaitkan erat dengan identitasnya di Mindanao, pulau paling selatan negara itu.

Dukungan Presiden terhadap federalisme merupakan bagian dari motivasi terhadap keinginan untuk membebaskan diri dari cengkeraman kekuasaan Imperial Manila.

Di Ilocos Norte, almarhum mantan Presiden Filipina Ferdinand Marcos dan keluarganya selalu mendominasi politik.

"Marcos adalah seorang Ilocano yang paling terkenal dan masih sangat berpengaruh di sini. Nenek saya sering bercerita tentangnya bahwa Marcos merupakan sosok yang adil, tegas dan dekat dengan masyarakat," papar Joy.

"Menurut kerabat-kerabat saya, di bawah kepemimpinan Marcos, Ilocos benar-benar menjadi jauh lebih berkembang. Dulu tidak ada mal, mobil pun sangat sedikit, sekarang seperti meledak. Mal-mal bermunculan seperti jamur!” kata Joy.

Pada 2017, hari ulang tahun sang diktator yang ke-100 dideklarasikan sebagai hari libur nasional untuk provinsi tersebut. Peringatan tersebut bahkan dihadiri oleh Gubernur Ilocos Norte, Imee Marcos (putri Ferdinand), perwakilan dari Ilocos Norte, Imelda Marcos (istrinya) dan mantan kandidat Wakil Presiden, Bongbong Marcos (putranya).

Jelas, hubungan cinta yang kuat antara masyarakat Ilocano dengan keluarga Marcos belum berakhir.

Dan banyak terdapat penyesalan dari mereka yang telah menderita selama periode Darurat Militer (1972-1981), yang tampaknya sebagian masyarakat Filipina mungkin mengalaminya.

Dalam pemilihan Presiden 2016, Bongbong Marcos kehilangan peluang untuk menjadi Wakil Presiden dengan hanya mendapatkan 263.473 suara atau 0,09 persen dari total suara. Menolak untuk mengakui kekalahannya, keturunan Marcos ini menyerukan penghitungan ulang yang akan dilakukan pada April ini karena dugaan adanya "penyimpangan".

Tahun-tahun di bawah kepemimpinan Marcos telah melahirkan sejumlah legenda urban, seperti Filipina yang memiliki utang nol, pemilihan 1986 yang membawanya jatuh ternyata telah dicurangi, dan bahwa Marcos merupakan seorang pahlawan perang yang berperang melawan Jepang selama Perang Dunia II. Semua ini telah menjadi perdebatan “kepalsuan” para ahli yang masih bertahan di dunia maya.

Di era maraknya berita palsu dan era Donald Trump ini, seseorang seharusnya jangan meremehkan kekuatan dari "fakta-fakta alternatif". Untuk masyarakat biasa Filipina seperti Joy, yang terpenting adalah masa depan yang lebih baik.

"Banyak orang Ilocano yang pindah ke Hawaii untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Ayah saya memiliki kesempatan untuk pindah ke sana tetapi dirinya menolak. Semua saudara ayah saya ada di sana sekarang. Ketika mereka kembali untuk berkunjung, mereka memberi tahu saya, 'Jika kamu ingin uang, tinggallah di Hawaii, tapi kalau kamu ingin kebahagiaan, kamu harus tinggal di Filipina’.”

Laoag, sebuah kota dengan jumlah penduduk sedikit di atas 100.000, kini telah dipenuhi oleh merek-merek global, mulai dari Uniqlo hingga H&M. Puluhan bank asing dengan mudah dapat ditemukan di sini.

Sebagian besar kemakmuran di wilayah ini didapatkan dari remitansi, sekitar 61 persen keluarga Ilocano menerima kiriman uang dari luar negeri—sebuah angka persentase tertinggi di seluruh dunia.

“Mencari uang itu sulit, tetapi saya ingin tinggal di sini. Saya berharap anak-anak saya dapat memiliki keduanya sambil tetap tinggal di negara ini. Itulah mimpiku untuk mereka," kata Joy.

Di pengujung hari nanti, orang-orang akan memilih siapapun yang akan membantu mewujudkan impian tersebut.

Ketika garis keturunan Marcos muncul kembali, itu akan membawa janji-janji untuk masa depan yang lebih mudah, lebih kaya, dan lebih bahagia. Dapatkah orang-orang yang menentang mereka bisa menyampaikan sesuatu yang lebih baik?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com