KOMPAS - Etiopia, negeri di tanduk Afrika punya pertalian sejarah panjang dengan Indonesia terutama sejak Konferensi Asia Afrika yang pertama.
Menjalin hubungan makin erat dengan Indonesia, Etiopia makin membuka diri dengan gencar mempromosikan keunikan wisatanya yang belum banyak diketahui.
Dari Etiopia, Indonesia juga bisa banyak belajar tentang bagaimana merayakan keberagaman dan hidup berdampingan secara harmonis antara penganut Islam dan Kristen.
Duta besar Etiopia untuk Indonesia, Singapura, dan Malaysia, Arega Hailu Teffera menyebut tentang betapa eratnya hubungan persaudaraan antara umat muslim dan kristen ortodok di negara yang dulunya dikenal sebagai Abyssinia itu.
Beberapa kali, nama Etiopia bahkan disebut baik di Al Quran maupun Alkitab.
"Kami adalah sebuah negara dengan 83 suku bangsa yang memiliki bahasanya sendiri. Kami memiliki keberagaman budaya, seni, musik, dan kepercayaan," kata Arega Hailu Teffera, Senin (18/6/2017).
Jumlah penganut kristen ortodok di negara yang berada tak jauh dari Jazirah Arabia ini mendominasi sebanyak lebih dari 60 persen sedangkan jumlah umat muslim mencapai 40 persen.
Bagi umat muslim, Etiopia memegang peran penting sebagai lokasi pertama hijrah pada abad ke tujuh.
Hingga kini, tapak sejarah hijrah pertama para sahabat Rasullulah ke Etiopia masih bisa dijumpai di Kota Negash di bagian utara Etiopia.
UNESCO juga telah menyebut kota dengan penduduk mayoritas muslim di Harrar sebagai kota suci keempat umat muslim dengan lebih 110 masjid yang beberapa di antaranya dibangun sejak abad ke-10.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.