Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembunuh Berantai Inggris Sudah 39 Tahun Hidup di Sel Isolasi

Kompas.com - 29/06/2017, 16:09 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

LONDON, KOMPAS.com - Seorang pembunuh berantai Robert Maudsley yang dijuluki Hannibal si Kanibal, mencatatkan rekor selama menjalani hukuman di lapas HMP Wakefield, Yorkshire Barat, Inggris.

Maudsley (64) tercatat sudah mendekam di sel isolasi selama 39 tahun atau 14.235 hari, setelah membunuh empat orang termasuk tiga orang sesama narapidana.

Maudsley menghabiskan 23 jam di "kandang" sebutan sel isolasi yang dibuat dari kaca tahan peluru dengan perabotan berbahan kardus yang dipadatkan.

Setiap hari Maudsley diizinkan melakukan olahraga selama satu jam dengan pengawalan ketat enam orang penjaga bersenjata lengkap.

Sel itu khusus dibuat untuk Maudsley pada 1983 setelah dia secara resmi dinyatakan sebagai narapidana paling berbahaya di Inggris.

Baca: Pembunuh Berantai di Virginia Disuntik Mati

Maudsley, asal Liverpool, membunuh korban pertamanya John Farrell di London pada 1973 yang menyewanya untuk hubungan seksual.

Maudsley mengklaim Farrell memperlihatkan kepadanya beberapa foto anak-anak yang sudah pernah dia lecehkan.

Maudsley kemudian dijatuhi hukuman seumur hidup. Namun, kuasa hukumnya meyakinkan pengadilan bahwa Maudsley mengalami gangguan kejiwaan.

Dia kemudian dikirim ke RSJ Broadmoor. Namun pada 1977 di rumah sakit itu, Maudsley dan rekan sesama narapidana menyandera seorang terpidana paedofilia.

Maudsley kemudian membunuh sanderanya setelah terlebih dulu menyiksa dia selama sembian jam.

Saat petugas rumah sakit bisa masuk ke kamar Maudsley, mereka menemukan korban tewas dengan sendon menancap di kepalanya dan sebagian otaknya hilang.

Rumor kemudian berkembang bahwa Maudsley telah menyantap otak si paedofil. Kisah inilah yang kemudian memberinya julukan "Si Kanibal Pembunuh".

Setelah insiden mengerikan itu, Maudsley kemudian ke LP Wakefield. Namun di tempat itu Maudsley kembali beraksi.

Di penjara tersebut, Maudsley kembali melakukan pembunuhan, kali ini dia membunuh dua orang dalam satu hari.

Korban pertamanya adalah Salney Darwood (46) yang dibujuk untuk datang ke selnya sebelum dicekik dan ditikam dengan menggunakan pisau yang dibuat dari sendok.

Maudsley kemudian menyembunyikan jenazah Darwood di bawah tempat tidurnya. Selanjutnya, dia menyelinap ke sel William Roberts yang saat itu tengah tertidur.

Maudsley kemudian menghantamkan kepala Roberts ke tembok sebelum dia menancapkan pisau buatannya ke tengkorak pria itu.

Maudley kemudian dituduh menyantap otak Roberts, tetapi dia terus membantah tudingan tersebut.

Setelah membunuh, dia dikabarkan berjalan santai ke kantor penjaga penjara dan mengatakan penghuni tempat itu sudah berkurang dua orang.

Baca: Seorang Pria di AS Diduga Pembunuh Berantai Selama 20 Tahun

Pada 1983, pemerintah Inggris memutuskan Maudsley terlalu berbahaya untuk ditempatkan di sel biasa.

Pengelola lapas kemudian membangun dua unit sel di ruang bawah tanah LP Wakefield untuk ditempati Maudsley.

Sel itu dibuat dari kaca tahan peluru dengan ukuran 5,5 meter kali 4,5 meter dengan perabotan hanya sebuah meja dan kursi.

Tempat tidunya adalah sebuah lempengan beton sementara toilet dan tempat cuci tangan ditanam ke lantai.

Pada Maret 2000, permohonan Maudsley untuk mendapatkan sedikit kelonggaran di selnya ditolak. Permintaannya untuk bunuh diri dengan menelan pil sianida juga ditolak.

Permintaan Maudsley yang juga ditolak adalah saat dia meminta seekor burung untuk dipelihara.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com