Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Dunia soal Superioritas Agama, Ada di Mana Indonesia?

Kompas.com - 02/06/2017, 20:48 WIB

KOMPAS.com - Pada saat berita utama media menunjukkan lonjakan intoleransi global, ternyata masih ada kabar baik yang tersisa.

Buktinya, mayoritas manusia di seluruh dunia tidak percaya bahwa ada satu ras, agama, atau budaya, yang lebih baik daripada yang lain.

Itulah temuan dalam sebuah jajak pendapat yang digelar WIN/Gallup International yang dilakukan pada akhir tahun lalu dan dipublikasikan minggu ini.

Seperti dipetik dari laman Bloomberg, mayoritas orang, -lebih dari separuh di 66 negara yang disurvei mengatakan, tidak ada yang namanya superioritas rasial, religius, atau pun budaya.

Namun, isu ini tentu tak bulat. Ada segelintir negara, yang kesemuanya adalah negara-negara bermasalah,-khususnya dalam perkembangan ekonomi, yang menyebut superioritas itu ada.

"Secara keseluruhan, toleransi global terhadap perbedaan ras, agama, dan budaya adalah norma yang mendominasi," kata Kancho Stoychev, Presiden Gallup International Association, dalam sebuah pernyataannya.

"Pengecualian dari pemahaman ini hanya terjadi di negara atau wilayah dengan konflik internal atau eksternal yang serius," kata dia.

Tentu, temuan ini memberikan optimisme, bahkan di tengah meningkatnya berita-berita tentang serangan yang terkait dengan intoleransi.

Misalnya, pekan lalu, seorang pria yang meneriakkan slogan-slogan anti-Muslim membunuh dua orang di Portland, Oregon.

Lalu, seorang pengebom bunuh diri membunuh 22 orang di sebuah konser di Manchester Arena, Inggris.

Belum lagi, orang-orang bersenjata menembaki 26 jemaat Kristen Koptik di Provinsi Minya, Mesir.

Survei tersebut juga bertepatan dengan munculnya sebuah laporan yang dikeluarkan minggu ini oleh Institute of Economics and Peace.

Laporan tersebut mengatakan, meski terjadi konflik di Timur Tengah, terorisme di Eropa, dan bangkitnya partai-partai nasionalis, dunia justru menjadi lebih damai.

Pada saat yang sama, laporan tersebut menemukan bahwa Amerika Serikat-lah yang turun paling banyak di antara negara-negara yang damai itu.

Berdasarkan survei Gallup International, mayoritas bangsa yang setuju atau sangat setuju tentang adanya superioritas, terbagi dalam kategori agama, ras, dan budaya.

Ada delapan negara dalam kategori tersebut, yakni Paraguay, Banglades, Palestina, Ghana, Lebanon, Nigeria, Indonesia, dan Macedonia.

Sementara, negara-negara di mana warganya paling tidak setuju dengan gagasan superioritas agama, ras, dan budaya adalah Swedia, Perancis, Islandia, Latvia, Spanyol, Argentina, Kanada dan Portugal.

Di AS, 23 persen orang setuju atau sangat setuju bahwa beberapa ras lebih tinggi daripada yang lain. Sementara, 73 persen lainnya tidak setuju atau sangat tidak setuju.

Kemudian, hampir sepertiga mengatakan beberapa agama lebih baik daripada yang lain, dan 36 persen mengatakan beberapa budaya lebih unggul.

Jajak pendapat ini dilakukan dari bulan Oktober sampai Desember 2016 di antara 66.541 orang, dan sekitar 1.000 orang di setiap negara.

Survei dilakukan melalui telepon, secara langsung, atau online, dengan margin error 3-5 persen.

Kemudian, alasan utama yang menyebarkan perasaan superioritas diduga adalah konflik internal yang tajam, ketidakstabilan eksternal yang signifikan, dan harapan adanya intervensi dari luar, serta transformasi besar dalam masyarakat.

"Jelaslah bahwa semua negara yang merasa stabil dan tidak terancam menunjukkan rendahnya tingkat superioritas agama, budaya, atau ras. Begitu juga sebaliknya," kata Kancho Stoychev.

Baca: Pemuda Muslim Mosul Perbaiki Biara Katolik yang Dirusak ISIS

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com