Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

C919, Pesawat Buatan China Bercita Rasa Global

Kompas.com - 06/05/2017, 16:11 WIB

SHANGHAI, KOMPAS.com - Pada Jumat (5/5/2017), satu dari 1.000 penerbangan yang lepas landas dari bandara Pudong, Shanghai menandai era baru dalam dunia penerbangan global.

Pesawat C919, jet komersial pertama buatan China, sukses melakukan uji terbang perdananya setelah mengalami penundaan beberapa tahun.

"C919 akan membawa perubahan bagi China dalam industri dirgantara China," kata Corrine Png, CEO firma riset Crucial Perspective, Singapura.

C919 yang dirancang itu membawa 158-174 orang penumpang itu adalah buatan perusahaan dirgantara China, COMAC menyusul produk terdahulu yang lebih ARJ21 yang sudah terbang tahun lalu di dalam negeri.

Pesawat ini membuat COMAC berada di level yang sama dalam hal bisnis penerbangan komersial yang sangat menguntungkan, bersaing langsung dengan Boeing dan Airbus.

Namun, di balik suksesnya penerbangan perdana C919 itu, perlu diingat bahwa pesawat itu dibangun dengan sederet onderdil buatan industri Barat.

Sedikitnya 15 rekanan asing termasuk General Electric, Safran SA, dan Honeywell International Inc terlibat dalam melengkapi komponen dan sistem pesawat ini.

"COMAC sangat tergantung terhadap pengalaman para pemasoknya," kata Tom Szlosek, direktur keuangan Honeywell.

Honeywell International, lewat anak perusahaannya Honeywell Aerospace, adalah perusahaan asal Amerika Serikat yang memproduksi berbagai komponen terkait dunia penerbangan.

Menggunakan berbagai perusahaan pemasok Airbus dan Comac memungkinkan COMAC memangkas berbagai tantangan teknologi untuk membangun sebuah pesawat jet komersial.

Selain itu, kerja sama ini juga bisa digunakan untuk membangun kemampuan COMAC menciptakan rancangan baru di masa depan.

"Sangat tidak praktis bagi COMAC untuk tidak menggunakan teknologi maju yang sudah tersedia," kata Yu Zhanfu, pemimpin Roland Berger Strategy Consultants, Beijing.

"Jika Anda bersikukuh mengerjakan semuanya sendiri, kemungkinan untuk berhasil sangat irelevan," tambah Zhanfu.

Berbagai perusahaan luar negeri memasok berbagai sistem yang digunakan C919 seperti kendali penerbangan, sistem penerangan, kendali kokpit, dan lainnya.

Pesawat ini menunjukkan bukti globalisasi telah mengambil alih berbagai produk teknologi besar di dunia.

Sebagai contoh, mesin pesawat ini dipasok CFM International, sebuah perusahaan patungan internasional antara General Electric dan perusahaan Perancis, Safran.

Pesawat rancangan China, menurut Bao Pengli, manajer proyek C919, mengatakan, bukan berarti seluruh bagian pesawat tersebut adalah buatan China.

"Sebagian peralatan berasal dari pemasok internasional yang sesuai dengan standar yang ditetapkan COMAC dan mereka tak hanya memasok kami tetapi juga perusahaan dirgantara di seluruh dunia," ujar Pengli.

Pendekatan yang dilakukan China ini berkebalikan dengan strategi yang dilakukan Jepang saat negeri itu berada di level pengembangan yang sama.

Perusahaan-perusahaan dirgantara Jepang malah menjadi pemasok Boeing dan kini Airbus.  Bahkan berbagai perusahaan Jepang menjadi pemasok 35 persen Boeing 787.

Direktur analis pasar pertahanan dan penerbangan AirInsightResearch di Seattle, Michel Merluzeau memberikan pendapatnya.

Menurut dia, keputusan China membangun pesawat dengan pasokan komponen dari luar negeri membuat spesifikasi C919 sangat mirip dengan Boeing 737 Max dan Airbus A320.

"Hal ini juga membuat COMAC yakin bahwa pesawat ini akan sukses," tambah Merluzeau.

Di saat kehadiran pesawat baru ini memberikan pemasukan tambahan bagi perusahaan pemasok industri dirgantara, C919 menjadi tantangan baru dua perusahaan dirgantara terbesar di dunia Boeing dan Airbus.

Memang masih terlalu dini untuk menyebut bahwa COMAC akan memperoleh bagian signifikan dari bisnis ini, meski pasar China memang menjadi salah satu yang terbesar di dunia.

Boeing memperkirakan, China membutuhkan 6.800 unit pesawat baru dengan nilai lebih dari 1 triliun dolar dalam dua dekade mendatang.

Tiga perempat dari kebutuhan pesawat di China adalah pesawat penumpang "single aisle" seperti C919.

Maskapai penerbangan terbesar di negeri itu, China Southern Airlines Co telah memesan pesawat-pesawat baru dari Boeing dan Airbus dengan nilai lebih dari 15 miliar dolar AS.

Boeing, yang sudah membangun fasilitas produksi di China, mengucapkan selamat kepada COMAC dan menyebut kompetisi justru akan berdampak positif bagi industri ini.

Sedangkan Fabrice Bregier dari Airbus memperkirakan COMAC akan menjadi pesaing serius dalam satu dekade mendatang.

"Tantangan terbesar bagi China bukan pada rancangan, pengoperasian, dan menerbangkan sebuah pesawat dalam katagori C919," kata Michel Merluzeau.

"Tantangan utamanya adalah bagaimana China bisa menunjukkan kepada pelanggan di luar negeri bahwa mereka bisa memberi pelayanan terbaik," tambah dia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com