Termasuk Michael yang malu-malu mengungkapkan obsesinya terhadap privilege. “Kalau Anda terus-menerus bekerja dengan baik maka Anda akan mulai bertanya pada diri Anda sendiri, dan Anda pasti akan berusaha keras agar tetap di jalannya.”
Bagaimanapun, perkembangan teknologi yang begitu cepat—realita alternatif, kecerdasan palsu dan perkembangan robot—mulai merusak hal-hal yang sifatnya mendasar.
Contohnya, apa yang terjadi ketika robot dan aplikasi-aplikasi yang tercipta dapat menggantikan tugas manusia? Apakah kemudian membuat kita tak lagi dibutuhkan? Dan jika demikian, apakah kemudian tujuan hidup kita? Apakah lalu kita menerima tunjangan dari pemerintah hanya untuk sekadar ada?
Tentu saja, pada akhirnya itu akan tergantung pada bagaimana seseorang memperlakukan teknologi. Dalam beberapa dekade, teknologi terbukti lebih banyak memberikan keuntungan ketimbang kerugian.
Hanya saja, transisi dari satu era teknologi ke era berikutnya bisa menyulitkan dan membingungkan. Lihatlah bagaimana aplikasi transportasi online, Uber, mengancam seluruh jasa transportasi non-online. Pekerjaan jasa layanan pun menjadi semakin rentan.
Siapa yang butuh pegawai di perusahaan layanan Call Center, atau di kantor akuntan dan hukum ketika robot bisa melakukan pekerjaan itu sama bagusnya dengan manusia?
Jadi ketika teknologi menghilangkan pekerjaan manusia, meninggalkan banyak masalah tanpa menciptakan pekerjaan yang layak, bagaimana teknologi dapat memberikan “arti hidup”?
Mungkinkah kemudian keyakinan Michael akan bermanfaat?
Tentu saja, kita tidak sendiri ketika mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini. Presiden AS Barrack Obama dalam edisi terbaru majalah teknologi “Wired” berbicara tentang semangat dan komitmennya terhadap teknologi dan inovasi.
Sementara tidak ada keraguan lagi menyangkut kekuatan modal yang dimiliki Silicon Valley dan cara-caranya melampaui apapun yang China bisa kembangkan, kepercayaan Presiden China terhadap kurangnya pengetahuan teknologi memiliki kedalaman moral dan sosial yang lebih besar.
Teknologi sesungguhnya hanyalah soal pengembangan aplikasi. Apa yang lebih dibutuhkan di tahun-tahun mendatang adalah menyangkut sisi manusianya.
Pada dasarnya, kita harus mulai bertanya kepada diri sendiri, apa gunanya semua kehebatan teknologi itu?
Bagaimana caranya agar teknologi justru dapat meningkatkan eksistensi manusia?
*Artikel CERITALAH USA--akan terbit setiap hari mulai Kamis (3/11/2016)-- merupakan rangkaian dari CERITALAH ASEAN, yang ditulis dari perjalanan Karim Raslan selama 10 hari ke AS dalam rangka mengamati pemilu di sana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.