Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Bantu Ukraina untuk Imbangi Rusia di Crimea

Kompas.com - 03/11/2016, 07:16 WIB

KIEV, KOMPAS.com – Amerika Serikat memberikan dukungan dana 30 juta dollar AS atau sekitar Rp 392 miliar bagi Ukraina untuk memperkuat angkatan lautnya dalam mengimbangi kian agresifnya kehadiran Rusia di Crimea, Ukraina timur.

Kantor berita Reuters, Selasa (2/11/2016) melaporkan, Ukraina sedang melengkapi dan memperluas armada angkatan lautnya. Negara ini antara lain memperbaiki kapal induknya "Hetman Sahaydachnyy".

Seorang komandan Angkatan Laut (AL) Ukraina mengatakan, kehadiran militer Rusia di wilayah Crime yang dianeksasi Rusia sudah semakin meningkat.

Dukungan dana 30 juta dollar dari AS itu merupakan bagian dari paket 500 juta dollar atau setara Rp 6,2 triliun yang akan diberikan tahun depan kepada pemerintah Ukraina.

"Kami akan membangun kembali armada kami tahap demi tahap dari awal," kata Laksamana Madya Ihor Vorochenko kepada Reuters.

"Kemampuan kami dalam hal kualitas akan lebih baik dibandingkan dengan yang ada di Krimea," ujarnya.

Ukraina kehilangan dua pertiga armadanya, yang sebelumnya sebagian besar berada di Sevastopol, ketika Rusia mencaplok Crimea dari Kiev pada 2014.

Sejak itu, Ukraina terus memerangi para separatis dukungan Rusia di wilayah Donbass dalam perang yang telah menewaskan hampir 10.000 orang.

EPA/Daily Mail Rusia adalah salah satu negara dengan jumlah tentara terbesar di dunia. Kendaraan perang mereka, seperti tank, telah dikerahkan ke perbatasan Eropa, tepatnya dekat perbatasan dengan Ukraina.
Sebelum menganeksasi Crimea, Rusia menyewa berbagai fasilitas dari Ukraina untuk menempatkan Armada Laut Hitamnya, yang telah berada di Krimea selama lebih dari dua abad.

Fasilitas-fasilitas tersebut, kebanyakan berada di sekitar Sevastopol, saat ini sedang diperluas.

Rusia telah memulai program untuk memiliterisasi Crimea, termasuk dengan membangkitkan kembali fasilitas-fasilitas yang dulu dibangun Soviet, membuat markas-markas baru serta menempatkan pasukannya di wilayah itu.

Ketika Rusia menduduki Crimea, Ukraina mencegah "Hetman Sahaydachnyy", kapal landas "Yuriy Olifirenko", perahu peluru kendali "Pryluky" serta sejumlah perahu bersenjata jatuh ke tangan Rusia.

"Kami baru saja mulai melakukan perbaikan pada kapal utama kami," kata Vorochenko.

Dua perahu bersenjata sudah hampir siap untuk digunakan "dan saya yakin kami akan menerima empat perahu lagi pada Juli tahun depan," ujarnya.

AL Ukraina juga berencana sudah akan memiliki satu kapal perang Corvette baru dan satu perahu rudal baru pada 2020.

Langkah-langkah lainnya yang dijalankan Ukraina untuk memperkuat pertahannya termasuk meningkatkan pelatihan bagi para personel AS serta menciptakan unit-unit baru pasukan pertahanan perairan.

Sebagian pelatihan sedang dilangsungkan di beberapa negara anggota NATO, yaitu Italia, Perancis, dan Inggris.

Vorochenko mengatakan Rusia sedang berencana untuk membuat Crimea menjadi sebuah "pangkalan militer" dengan menempatkan tiga perahu selam, kapal-kapal perang kecil yang baru serta lebih banyak fasilitas penerbangan.

Ia juga mengatakan kapal-kapal Rusia sedang mengalami banyak masalah teknis.

"Kami mendapat informasi, kami melalukan pengintaian. Saya tidak bisa mengungkapkan semuanya," ujar Vorochenko.

AP Awak kapal korvet Ukraina, Khmelnitsky, meninggalkan kapal mereka yang telah dikuasai pasukan pro-Rusia di Sevastopol, Crimea, Kamis (20/3/2014).
"Tapi kami bisa menyerang balik semua rencana berbahaya mereka. Mereka juga ada masalah dalam hal sumber daya," dia mengatakan.

Sergei Zgurets, direktur lembaga konsultan Defense Express, mengatakan kapasitas angkatan laut Ukraina dalam keadaan rendah dan, karena itu, angkatan udara dan artilerinya masih menjadi alat pertahanan utama terhadap serangan dari laut.

"Jadi kita (Ukraina, Red) akan memerangi pasukan angkatan laut milik musuh dengan menggunakan pasukan darat dan udara," kata Zgurets.

Vorochenko akan bertemu dengan kepala staf angkatan laut Rumania, negara yang juga anggota Uni Eropa dan NATO, pada 23 November untuk membahas kemungkinan aksi bersama di Laut Hitam jika Rusia melakukan serangan.

Hubungan antara Ukraina dan Rusia memburuk setelah Presiden Viktor Yanukovich, yang didukung Kremlin, digulingkan melalui serangkaian unjuk rasa pada Februari 2014.

Kondisi tersebut berujung pada pencaplokan Crimea serta merebaknya perjuangan oleh kalangan separatis di wilayah-wilayah lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com