Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aplikasi "Babi Terbang" Memicu Perdebatan Sengit di China

Kompas.com - 02/11/2016, 07:58 WIB

BEIJING, KOMPAS.com — Seruan agar raksasa toko internet China, Alibaba, mengubah kembali nama salah satu layanannya yang menggunakan kata "babi" memicu perdebatan sengit.

Masalah ini berawal ketika Alibaba mengganti nama aplikasi layanan pemesanan perjalanan dari Alitrip menjadi "Babi Terbang" atau Flying Pig yang disingkat menjadi Fliggy, seperti dilaporkan BBC, Rabu (2/11/2016).

Seorang pengusaha Uighur beragama Islam, Adil Memettur, mengecam perubahan nama itu di situs jejaring sosial China, Weibo, tempat dia memiliki ratusan ribu pengikut.

Memettur mengatakan, aplikasi tersebut populer di kalangan minoritas karena memungkinkan pemesanan oleh orang-orang yang ejaan namanya tidak seperti mayoritas warga China lain.

"Namun, kini Alitrip mengganti namanya menjadi Babi Terbang. Saya hanya bisa menghapusnya dan mungkin semua teman saya yang beragama Islam juga karena kata 'babi' adalah tabu buat Islam di seluruh dunia," tuturnya.

"Alibaba adalah perusahaan internasional, tak bisakah mereka mempertimbangkan tabu umat Muslim?" ujarnya.

Namun, pesannya langsung memicu kecaman dan ejekan dari sejumlah pengguna internet lain, dengan beberapa mempertanyakan apakah berarti China harus menghapus semua rujukan "babi", baik di budaya populer maupun di karya-karya sastra.

"Kita masing-masing memiliki gaya hidup. Kami tidak memaksa Anda untuk hidup sesuai dengan peraturan kami, tetapi Anda tidak bisa memaksa kami mengubah undang-undang," kata seorang pengguna Weibo, Fireflyinred, atau Apiterbangdalammerah.

Memettur sendiri sudah mencabut pesan awalnya dan Minggu (30/1/2016) menulis pesan baru yang isinya meminta maaf.

Alibaba menjelaskan kepada BBC bahwa perubahan nama aplikasi ditujukan untuk menarik pelanggan yang lebih muda.

"Kami merangkum keragaman dan menghormati semua keyakinan dan agama. Perubahan nama dimaksudkan untuk mencerminkan aspirasi demografis agar mengejar mimpi, duduk santai, dan menikmati hidup," kata juru bicara Alibaba.

"Babi" memiliki tempat yang penting dalam budaya maupun kehidupan China dan bukan hanya sebagai makanan.

Pemerintah memiliki cadangan nasional babi untuk menghadapi kekurangan di pasar, tetapi juga menjadi bagian dari cerita rakyat dan masuk dalam zodiak China.

Mungkin itulah yang membuat "panasnya" reaksi atas komentar Memettur, beberapa sampai menghina atau membuat Islam dan budaya Uighur menjadi lelucon.

Perdebatan juga mencerminkan jurang pemahaman antara minoritas umat Islam dengan mayoritas warga China yang berasal dari suku Han.

Umat Muslim di China yang berjumlah sekitar 21 juta jiwa, yang terdiri atas suku Hui dan Uighur, hanya mencapai sekitar 1,6 persen dari total penduduk China.

Provinsi Xinjiang di sebelah barat, yang merupakan tempat tinggal sebagian besar orang Uighur, menghadapi sejumlah kekerasan dan para penduduknya mengatakan mereka semakin tersingkir secara ekonomi maupun budaya karena kedatangan para pendatang orang Han.

Kekerasan di provinsi itu sering terkait dengan aksi aparat keamanan atas militan maupun separatis Islam dan kelompok-kelompok hak asasi menunjuk kendali ketat pemerintah pusat Beijing sebagai pemicunya.

Bagaimanapun di tengah perdebatan yang memanas, seorang penulis blog, Han Dongyan, menyerukan ketenangan dan saling menghormati.

"Jangan perluas ke semua Muslim .. (Mr Memettur) sudah melakukan kesalahan dan bisa dikritik, tetapi jangan menanggapi hal yang ekstrem dengan ekstrem yang lain dan mengaspalnya dengan sikat yang sama. Itu juga salah," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com