Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yaman Terancam Jadi Dua Negara Terpisah

Kompas.com - 01/11/2016, 15:01 WIB

Tim Redaksi

DUBAI, KOMPAS.com — Indikasi Yaman terpecah menjadi dua negara kian menguat.

Meski terus digempur oleh serangan udara koalisi pimpinan Arab Saudi, kelompok pemberontak Houthi justru makin dalam menancapkan kuku mereka di Yaman utara.

Houthi mengendalikan sepenuhnya ibu kota Sana'a yang pernah menjadi pusat pemerintahan Presiden Yaman Abd Rabbo Manshur Hadi yang saat ini terusir ke pengasingan.

Namun, sebagaimana diberitakan harian Kompas, Selasa (1/11/2016), situasi tersebut justru memicu kebangkitan separatisme di wilayah selatan.

Di tengah kekuasaan negara yang rapuh, muncul kesempatan bagi kelompok-kelompok pendukung Hadi untuk menegakkan kekuasaan.

Mereka ingin mengambil kembali kendali nasional di Aden, basis pemerintah yang diakui komunitas internasional.

Banyak kelompok suku di wilayah selatan meyakini, saat inilah waktu yang tepat untuk mengambil posisi dalam pemerintahan di Yaman.

Selama ini mereka merasa dipinggirkan serta tidak bisa menikmati hasil minyak bumi yang dikuasai kelompok-kelompok suku dari utara dan para politisi.

Yaman sebelumnya pernah terbelah menjadi dua negara, yakni negara pro Soviet di selatan dan negara republik yang ditopang suku-suku bersenjata di utara.

Upaya wilayah selatan melepaskan diri dari wilayah utara gagal pada 1994 saat pemerintahan di utara memulihkan kesatuan dengan kekuatan.

Keretakan dalam komunitas Yaman saat ini memberikan indikasi, masa depan Yaman sebagai negara yang bersatu makin diragukan.

Nafsu pada kekuasaan membuat negara termiskin di kawasan Arab – yang  sebagian besar warganya kini terjerembab dalam kubang kelaparan – kian tercabik-cabik.

Dalam beberapa waktu terakhir ini, kedua pihak tengah menyiapkan lembaga paralel untuk membuat pemisahan.

Pemerintah Yaman di pengasingan Arab Saudi, September lalu, mengatakan akan pindah ke Aden. Adapun Houthi akan membentuk pemerintahan sendiri di Sana'a.

Seorang analis Yaman, Farea al-Muslimi, mengatakan, Houthi menyadari mereka tidak akan mungkin menguasai wilayah selatan.

Oleh karena itu, mereka memilih memperkuat basis mereka di utara dengan membuat administrasi sendiri.

AFP Koalisi militer pimpinan Arab Saudi menggempur sejumlah target di Yaman guna memerangi pemberontak Houthi.
Sementara itu, Pemerintah Yaman di pengasingan ingin alat-alat negara dipindahkan ke Aden untuk melayani kepentingan mereka.

Menurut Al-Muslimi, situasi seperti itu tentu akan memperdalam sikap saling tidak percaya pada kedua sisi.

Namun, negara-negara utama pendukung Hadi, seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA), tidak sepakat.

Mereka berupaya keras agar Yaman tidak terpecah. Seorang politikus pendukung Hadi memahami kepentingan kedua negara itu.

"Mereka khawatir perpecahan Yaman menjadi dua negara akan menyebabkan ketidakstabilan di perbatasan mereka, tetapi kita tahu bahwa pemisahan itu adalah satu-satunya cara untuk membangun perdamaian yang adil," kata politikus tersebut.

(Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 November 2016, di halaman 9 dengan judul "Yaman Terancam Jadi Dua Negara Terpisah").

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com