Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Raja Bhumibol Wafat, Apa yang Akan Terjadi di Thailand?

Kompas.com - 13/10/2016, 13:57 WIB

Militer dan pengganti raja

Rakyat Thailand sangat wajar jika mengkhawatirkan masa depan kerajaan, apalagi militer adalah kekuatan paling berpengaruh di dalam politik negeri itu.

Selama ini, keluarga kerajaan Thailand bisa mempertahankan kekuasaan dan legitimasi dengan "mendukung" kudeta militer terhadap pemerintahan yang dipilih rakyat.

Sepanjang masa kekuasaannya, Raja Bhumibol sudah menyaksikan 17 kali kudeta militer, termasuk terhadap PM Thaksin Shinawatra pada 2006 dan PM Yingluck Shinawatra pada 2014.

Banyak kalangan khawatir, jika Pangean Vajiralongkorn menguasai tahta maka sistem politik Thailand yang rapuh akan semakin tidak stabil.

Meski Vajiralongkorn adalah putra satu-satunya Raja Bhumibol dan Ratu Sirikit, sosoknya sangat berbeda dengan sang ayah yang sangat dihormati dan dicintai rakyat Thailand.

Sejumlah diplomat, seperti dikutip The Economist, menyebut sang pangeran sebagai sosok yang tak bisa diprediksi dan memiliki kehidupan pribadi yang eksentrik.

Tak seperti ayahnya yang mempraktikkan monogami, Vajiralongkorn menikahi istri ketiganya pada 2001. Berbagai video dan foto kehidupan eksentrik sang pangeran kerap beredar di dunia maya.

Tak hanya gaya hidupnya yang eksentrik, sang pangeran dikenal dekat dengan Thaksin Shinawatra dan hal ini bisa menimbulkan masalah di kemudian hari.

Thaksin yang dikudeta pada 2006, diduga memberikan uang dalam jumlah besar kepada sang pangeran. Thaksin kini tinggal di Dubai tetapi masih kerap berhubungan dengan sang pangeran.

Krisis politik baru

Hal yang paling dikhawatirkan jika Raja Bhumibol meninggal dunia adalah kembalinya Thailand ke dalam krisis politik.

"Kondisi kesehatan sang raja menimbulkan ketidakpastian baru terhadap situasi yang sudah sangat sulit diprediksi," kata ekonom dari Capitar Economics, Krystal Tan dan Gareth Leather.

Dalam 10 tahun terakhir, militer telah dua kali melakukan kudeta. Dan di saat itu, Raja Bhumibol memainkan peranan sebagai penjaga keseimbangan kekuatan di tengah situasi politik Thailand yang rapuh.

Tan dan Leather berargumen ketegangan bisa saja terjadi jika sang raja meninggal dunia. Pasalnya, jika kondisi politik Thailand memanas maka kondisi itu bisa mengganggu ekonomi Thailand yang mulai membaik pasca-kudeta pada 2014.

Di sisi lain, rivalitas antara pendukung Thaksin (kaus merah) dan pendukung monarki yang menentang Thaksin (kaus kuning), bakal terselip di antara isu suksesi.

Sebagian besar anggota kelompok kaus kuning, seperti ditulis The Diplomat, tak menyukai sang putra mahkota. Kelompok pendukung monarki ini lebih mendukung jika Putri Maha Chakri Sirindorn yang naik tahta.

Situasi bisa bertambah rumit jika junta militer yang berkuasa dan semakin kuat pasca-referendum, mengambil kesempatan saat raja meninggal dunia dengan dalih menjaga stabilitas.

Langkah yang diambil ini termasuk saat Dewan Penasihat menjalankan mandatnya untuk menempatkan pemimpinnya, Prem Tinlasunonda, sebagai kepala negara sementara pasca-kematian raja.

Intinya, kondisi Thailand jika Raja Bhumibol mangkat belum dapat diprediksi. Apalagi bagi rakyat Thailand, Raja Bhumibol adalah satu-satunya kepala negara yang mereka kenal selama 70 tahun terakhir.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com