DAMASKUS, KOMPAS.com - Gencatan senjata yang disepakati Amerika Serikat dan Rusia hingga Selasa (13/9/2016), berjalan cukup baik di Suriah, walaupun tidak semua partai setuju.
Upaya untuk mengakhiri permusuhan itu telah dimulai sejak hari pertama liburan Idul Adha, Senin (12/9/2016), kecuali di daerah yang dikuasi oleh kelompok radikal, seperti ISIS dan Al Qaeda.
Gencatan senjata yang ditetapkan untuk seluruh wilayah Suriah mulai berlaku sejak Senin pukul 19.00 waktu setempat setelah AS dan Rusia mengumumkan kesepakatannya di Geneva, Swiss.
Gencatan senjata itu untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan bagi warga sipil. Juga diharapkan akan menjadi awal yang baik bagi upaya perdamaian abadi setelah Suriah dilanda perang lima tahun.
Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) yang memantau konflik Suriah lewat jaringan lokal menyatakan, "situasi tenang relatif bisa dipertahankan."
Direktu SOHR, Rami Abdul Rahman mengatakan, baik pemerintah maupun oposisi moderat terus terlibat pertempuran sengit di barat laut Suriah.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry juga mengatakan pertempuran tampaknya berhasil dikurangi, tapi ia juga memperingatkan untuk tidak terlalu optimis.
Kerry mengatakan kepada wartawan, laporan awal menunjukkan, kekerasan berkurang, walaupun masih ada laporan pertempuran dari beberapa area.
Menurut Kerry, masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan apapun.
Rusia sudah lama mejadi sekutu Assad yang diguncangg berbagai kekuatan luar untuk menumbangkannya.
Moskwa mulai mendukung Assad dengan serangkaian serangan udara, 30 September 2015.
Di pihak lain, AS mendukung beberapa kelompok oposisi yang dinilai moderat, untuk menjatuhkan Assad dari jabatannya melalu serangan udara pertama kali pada September 2014.
Akibat konflik selama lebih dari lima tahun, lebih dari 11 juta warga sipil melarikan diri atau terjebak di antara berbagai kekuatan yang berperang berebut kekuasaan.
Gencatan senjata terutama bertujuan untuk memungkinkan pemberian bantuan bagi warga sipil, terutama di kota Aleppo yang jadi basis kelompok pemberontak yang dikepung.
Penghentian sementara tembak-menembak juga ditujukan untuk memungkinkan AS dan Rusia melancarkan operasi bersama terhadap kelompok militan, terutama ISIS dan Front Fateh al-Sham yang berafiliasi dengan Al Qaeda.
Rusia menyatakan, gencatan senjata yang disepakati untuk 48 jam bisa diperpanjang 48 jam lagi, jika sukses.
Sementara militer Suriah menyatakan, bersedia menjadi "rezim yang suka perdamaian" bagi seluruh Suriah.
Tapi mereka juga menyatakan berhak segera mengambil tindakan jika "kelompok bersenjata" melanggar kesepakatan.
Sementara kelompok-kelompok pemberontak belum resmi menyatakan setuju dengan kesepakatan. Namun indikasinya sudah jelas.
Hingga saat ini, perang saudara Suriah yang dimulai pada Maret 2011 sudah menewaskan lebih dari dari 290.000 orang dan lebih dari 11 juta orang mengungsi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.