Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erdogan dan Putin Berdamai, Tanda Berpalingnya Turki dari Barat?

Kompas.com - 09/08/2016, 17:17 WIB

MOSKWA, KOMPAS.com - Hari ini, Selasa (9/8/2016), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akan memulai kunjungan resminya ke Rusia untuk bertemu rekannya Presiden Vladimir Putin.

Ini adalah pertemuan resmi pertama kedua pemimpin tersebut setelah hubungan kedua negara sempat renggang setelah Turki menembak jatuh jet tempur Rusia di perbatasan Suriah pada November tahun lalu.

Kunjungan ini juga merupakan perjalanan dinas Erdogan pertama ke luar negeri pasca-kudeta militer yang gagal pada 15 Juli lalu yang membuat hubungan Turki dan para sekutu baratnya merenggang.

Penembakan jet Rusia itu sempat membuat Putin murka dan merencanakan sanksi ekonomi terhadap Turki. Kedua pemimpin juga terlibat perang kata-kata yang semakin memperburuk hubungan kedua negara.

Namun pada akhir Juni lalu, sebuah titik balik terjadi. Putin menerima permintaan maaf dari Erdogan dan dengan cepat mencabut larangan penjualan paket wisata ke Turki.

Moskwa juga memberi sinyal akan mengakhiri langkah pelarangan terhadap impor makanan dari Turki dan beroperasinya perusahaan-perusahaan konstruksi Turki.

Kini dibayangi kudeta gagal 15 Juni lalu yang diikuti pembersihan lawan-lawan politik Erdogan, Barat kini khawatir Turki akan mendekatkan diri ke Rusia.

Apalagi, Erdogan secara terang-terangan mengatakan merasa kecewa dengan sikap Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Di sisi lain, Putin adalah pemimpin dunia pertama yang menelepon Erdogan untuk memberikan dukungan setelah kudeta gagal menggulingkannya dari kursi kekuasaan.

Hubungan diplomatik antara Turki dan Rusia, dua negara yang terus memperebutkan pengaruh di kawasan Laut Hitam dan Timur Tengah, tak pernah dalam posisi "sangat mesra".

Apalagi di masa lalu, Kekaisaran Ottoman dan Kerajaan Rusia berulang kali berperang dalam tiga abad terakhir.

Meski demikian, sebelum penembakan jet Rusia, Moskwa dan Ankara berhasil menyingkirkan berbagai perbedaan pendapat terkait Suriah dan Ukraina demi kepentingan lain.

Selama ini perbedaan pandangan politik kedua negara tak pernah merusak kerja sama strategis kedua negara seperti pembangunan pipa gas TurkStream ke Eropa dan kiprah Rusia membangun PLTN di Turki.

Namun, insiden penembakan di Suriah itu langsung merusak kerja sama ekonomi kedua negara. Pasca-insiden itu perdagangan kedua negara anjlok hingga 43 persen menjadi "hanya" 6,1 miliar dolar AS dalam periode Januari-Mei tahun ini.

Di kurun waktu yang sama, jumlah wisatawan Rusia yang berkunjung ke Turki merosot hingga 93 persen.

Kini, di saat ekonomi Rusia tertekan sanksi Barat akibat masalah Ukraina dan  terus merosotnya harga minyak dunia, Erdogan dan Putin siap untuk berbisnis kembali.

Kepada media Rusia, Erdogan mengatakan dia ingin segera mengambil langkah cepat untuk menyelesaikan proyek TurkStream, yang mengalirkan 31,5 miliar meter kubik gas per tahun dan menyelesaikan PLTN Akkuyu.

Perbaikan kecil hubungan kedua negara diawali dengan kesamaan Putin dan Erdogan dalam beberapa hal.

Kedua pemimpin itu sama-sama dipuja rakyatnya karena mampu mengatasi masalah di tengah krisis ekonomi tetapi dikritik dunia karena dianggap mengabaikan HAM.

Namun, setelah perselisihan sengit yang diwarnai tuduhan Putin bahwa Erdogan menikam Rusia dari belakang setelah mengambil keuntungan dari perdagangan minyak ilegal dengan ISIS, masih banyak hal yang perlu diperbaiki untuk "menghangatkan" hubungan keduanya.

"Apa yang akan kita lihat adalah sebuah hubungan jangka panjang tetapi pragmatis yang dibangun bukan atas dasar persahabatan personal atau ideologi tetapi murni karena kesamaan kepentingan," kata Alexander Baunov, peneliti senior di Carnegie Moscow Center.

Russia, yang menggelar serangan udara demi memantu seteru Erdogan yaitu Presiden Suriah Bashar al-Assad, mengubah jalannya perang saudara di Suriah.

Dalam masalah Suriah, Erdogan bersikeras Assad harus dilengserkan, sebuah posisi yang sangat ditentang Rusia. Namun, di saat hubungan diplomatik harus diperbaiki, Erdogan pun tak segan untuk sedikit mengubah posisinya.

"Rusia adalah pemain kunci yang penting dalam menciptakan perdamaian di Suriah. Semua masalah (di Suriah) harus dipecahkan dengan langkah bersama antara Rusia dan Turki," ujar Erdogan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com