Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Poros Maut Maghribi Arab-Perancis-Belgia

Kompas.com - 16/07/2016, 15:39 WIB

Hampir semua serangan teror di Perancis dilakukan kaum migran asal Maghribi Arab, khususnya Maroko, Aljazair, dan Tunisia.

Selain itu, serangan teror di Perancis sering kali berhubungan dengan sindikat teroris atau kriminal di Belgia.

Sebaliknya serangan teror di Belgia kerap terkait sindikat di Perancis.

Saat ini mayoritas kaum migran di Perancis dan Belgia berasal dari Maghribi Arab.

Maka, bisa disebut pula adanya poros Maghribi Arab-Perancis-Belgia di balik sebagian besar serangan teror di Perancis, Belgia, dan negara Eropa lain.

Serangan teror di kota pantai Nice, Perancis selatan, saat perayaan Bastille Day pada Kamis (14/7) malam dan menewaskan sedikitnya 84 orang, ternyata juga dilakukan imigran asal Tunisia yang bermukim di sekitar kota Nice, bernama Mohamed Lahouaiej Bouhlel (31).

Jika menilik sejumlah serangan teror di Perancis dan Belgia akhir-akhir ini, terlihat poros Maghribi Arab-Perancis-Belgia itu.

Misalnya, serangan teror atas Museum Yahudi di kota Brussels, Belgia, 24 Mei 2014, diketahui dilakukan migran Perancis asal Aljazair bernama Mehdi Nemmouchi (29).

Serangan teror atas kantor koran mingguan Charlie Hebdo, 7 Januari 2015, di Paris juga dilakukan dua bersaudara migran Perancis asal Aljazair, Said Kouachi dan Cherif Kouachi.

Salah seorang arsitek serangan teror di Paris pada 13 November 2015 yang menewaskan 130 orang adalah migran asal Maroko kelahiran Perancis yang berdomisili di Molenbeek, Belgia, yaitu Salah Abdeslam (26).

Karena itu, sangat bisa jadi pelaku serangan teror di kota Nice, Lahouaiej Bouhlel, adalah bagian dari poros Maghribi Arab-Perancis-Belgia.

Saat ini mayoritas kaum migran di Perancis dan Belgia berasal dari Maghribi Arab.

Dalam catatan sejarah, kaum migran pertama yang datang ke Perancis hingga awal 1960-an berasal dari Aljazair.

Pada 1989, migran asal Aljazair di Perancis sebanyak 850.000 jiwa, asal Tunisia 200.000 jiwa, dan asal Maroko 450.000 jiwa.

Adapun kaum migran di Belgia, pada 1999 terdapat 130.000 orang asal Aljazair, 120.000 asal Maroko, dan 7.000 asal Tunisia.

Persoalan terbesar kaum migran di Perancis dan Belgia serta Eropa adalah integrasi kaum migran dengan masyarakat lokal dan negara.

Generasi kedua dan ketiga kaum migran yang mudah berinteraksi dengan gerakan radikal di Timur Tengah, seperti Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), menjadi mudah terinspirasi sebagai ideologi perjuangan melawan negara dan warga lokal Eropa. (Oleh: Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir)

(Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Juli 2016, di halaman 9 dengan judul "Poros Maut Maghribi Arab-Perancis-Belgia").

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com