Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Pengungsi Sedunia, di Ujung Lorong Penantian

Kompas.com - 20/06/2016, 11:18 WIB
Josie Susilo/Kris R Mada

Penulis

Sebagian besar pengungsi yang ditempatkan berasal dari Palestina dan Afganistan.

"Saya harus menunggu lagi, entah sampai kapan," kata Khan. Ia mengaku tidak dapat kembali ke Myanmar.

Meskipun rezim telah berganti, asam tetaplah asam, kata Khan, mengibaratkan kondisi politik di Myanmar.

Walaupun partai pejuang demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, berkuasa, situasi tidak banyak berubah.

Baginya, saat ini situasi itu makin buruk karena masa lalunya itu berimbas pada anak-anaknya. Masa depan mereka turut suram.

Saat ini untuk menyokong hidup keluarga, ia membuat kios kecil di tempat penampungan. Hasilnya untuk menutupi kekurangan uang saku yang diberikan oleh Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).

Situasi serupa dihadapi Husam Mahmood Faraj, mantan produser di salah satu stasiun televisi di Baghdad, Irak. Ia memutuskan pergi setelah hasil liputannya tidak menyenangkan sejumlah pihak dan keluarga salah satu anggota timnya tewas.

Insiden itu terjadi beberapa hari setelah beberapa orang mencari Faraj dan anggota timnya.

"Waktu dicari, saya masih tenang-tenang saja. Setelah ada putri teman saya tewas saat serombongan orang menyerbu rumah mereka, saya putuskan tak bisa lagi tinggal di Baghdad," tuturnya.

Setelah melewati beberapa negara, ia akhirnya masuk ke Indonesia. Perlu beberapa bulan di Indonesia sebelum akhirnya ia mendapat status sebagai pengungsi.

Selama tiga tahun terakhir, ia dan istrinya berpindah ke berbagai tempat penampungan sebelum akhirnya masuk Akomodasi Non Detensi (AND) Sekupang di Batam, Kepulauan Riau.

"Saya rindu liputan lagi. Saya sudah pernah mengirimkan lamaran kerja melalui UNHCR. Sampai sekarang, belum ada jawaban dari mereka. Tidak masalah di mana saja, saya siap bekerja sebagai jurnalis televisi. Saya masih menyimpan ijazah dan sertifikat-sertifikat kompetensi," tuturnya.

Meskipun mendapat jaminan, tidaklah nyaman menjadi pengungsi. Lorong harapan mereka seolah tidak pernah berujung....

(Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Juni 2016, di halaman 8 dengan judul "Di Ujung Lorong Penantian")

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com