Api Jiti, kepala Atuler, mengatakan kepada Beijing News bahwa tidak ada cukup ruang untuk membangun sekolah sehingga mereka harus ke puncak gunung.
Atuler dihuni oleh 72 keluarga penghasil paprika dan kenari itu. Mereka mendiami lembah yang sangat dalam dan sempit di sekitar palungan sungai.
Kepala desa mengatakan bahwa tujuh atau delapan warga desa telah tewas akibat jatuh ke jurang saat meniti jalan setapak yang curam itu. Api sendiri pernah hampir jatuh saat menuruni jalan.
Perjalanan ke sekolah sekarang dianggap begitu melelahkan dan berbahaya.
Anak-anak telah dipaksa untuk naik ke sekolah di puncak gunung. Agar tidak melelahkan, anak-anak akan kembali menjenguk keluarga dua kali dalam sebulan.
Seorang warga Desa Atuler, Chen Jigu, menuturkan, tangga kayu yang digunakan untuk naik dan turun di jalan setapak tersebut dibuat ratusan tahun lalu.
“Kami baru mengganti tangga itu dengan yang baru ketika kami menemukan salah satu di antaranya telah lapuk,” kata Chen Jigu.
Lebih dari 680 juta warga China telah membebaskan dirinya dari kemiskinan sejak ekonomi negara itu mulai maju pada tahun 1980-an.
Namun, kemiskinan paling buruk masih melanda desa-desa terpencil, antara lain dialami warga Desa Atuler, yang dilaporkan hidup kurang dari 1 dollar AS atau Rp 13.500 per hari.
Presiden China Xi Jinping telah bersumpah untuk memberantas kemiskinan pada tahun 2020 dengan menawarkan bantuan keuangan bagi sekitar 70 juta jiwa warga pedesaan yang hidup kurang dari 2.300 yuan per bulan atau setara Rp 4,7 juta per bulan.
“Meskipun China telah membuat prestasi luar biasa di mata dunia, China tetap merupakan negara berkembang terbesar di dunia,” kata Xi dalam sebuah konferensi tentang upaya mengurangi kemiskinan, Oktober tahun lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.