Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video “Perempuan Sisa” di China Jadi Viral di Media Sosial

Kompas.com - 13/04/2016, 19:59 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com – Sebuah iklan tentang “perempuan sisa” di China telah menjadi viral dan memicu debat emosional tentang perempuan yang tidak menikah di negara itu.

Perempuan yang tidak menikah sering dicap sebagai sheng nu atau "perempuan sisa". Topik ini telah menjadi kekhawatiran dalam masyarakat yang terlalu mementingkan pernikahan bagi perempuan.

Istilah sheng nu sebenarnya lebih untuk merendahkan dan dipopulerkan oleh Federasi Perempuan Seluruh China.

Berjudul Marriage Market Takeover atau pengambilalihan pasar pernikahan, video berdurasi empat menit dengan gaya dokumenter ini dibuat oleh perusahaan kosmetik Jepang SK-II.

Dalam pernyataannya Presiden SK-II Markus Strobel, mengatakan, iklan ini adalah bagian dari kampanye global untuk menginspirasi dan memberdayakan perempuan dalam membentuk takdirnya sendiri.

“Film ini mengangkat masalah nyata yang dialami perempuan berbakat dan berani China terkait tekanan untuk menikah sebelum usia 27 tahun, tentang ketakutan dicap sebagai sheng nu,” katanya.

Strobel uga mengatakan, perusahaan mengadopsi pendekatan positif untuk membantu perempuan menghadapi tekanan.

Tekanan berat

Federasi Perempuan Seluruh China mendefinisikan “perempuan sisa” terhadap semua perempuan yang belum menikah meski telah berusia di atas 27 tahun.

Pemisahan yang merendahkan itu juga didukung pemerintah.

Partai Komunis China yang berkuasa mencoba untuk mendorong perempuan lajang agar segera menikah.

Dorongan itu untuk meperbaiki ketidakseimbangan gender yang disebabkan oleh berakhirnya kebijakan satu anak di sana.

Menurut Leta Hong Fincher, penulis “Perempuan Sisa: Bangkitnya Ketidaksetaraan Gender di China", perempuan lajang kini berada di “titik balik yang nyata” dan banyak yang mulai mengadopsi gaya hidup sendiri dan melawan stigma.

“Mereka adalah perempuan muda dengan kekuatan dan percaya diri, yang secara spesifik menjadi target kampanye negara yang disengaja untuk menekan mereka supaya menikah,” kata Fincher.

“Perempuan China sekarang lebih berpendidikan dari sebelumnya dan semakin banyak dari mereka yang menolak menikah,” tambah Fincher.

Sikap keras dari orangtua juga tampak menonjol.

"Kami selalu berpikir putri kami memiliki kepribadian yang luar biasa. Namun, wajahnya biasa saja, tidak terlalu cantik. Itu alasan mengapa dia jadi perempuan sisa," kata seorang ibu yang berbicara di samping anaknya yang tampak ingin menangis.

Video ini menjadi populer di dunia maya. Di Youtube resmi SK-II, video ini ditonton ratusan ribu orang dan dibagikan dengan luas di antara pengguna Facebook.

Di China, video ini ada 4.000 penyuka dan dibagikan lebih dari 20.000 di akun resmi SK-II di Sina Weibo.

Lantas apakah masyarakat bisa benar-benar menerima perempuan yang memilih melajang?

“Sekarang, hanya menjadi fantasi,” kata Fincher. Dia mengatakan, perasaan cemas luar biasa, perasaan tersiksa, dan tekanan sosial" yang digambarkan dalam iklan masih lazim dirasakan.

“Pernikahan di China masih sangat patriarkis dan perempuan harus bisa melihat bahwa menjadi lajang adalah sesuatu yang bisa dirayakan, bukan hal yang memalukan,” katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com