Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Xi Ingin Dorong Obama Lanjutkan Perundingan atas Nuklir Korut

Kompas.com - 24/03/2016, 19:53 WIB

BEIJING, KOMPAS.com - Presiden China Xi Jinping akan mendorong Presiden Amerika Serikat Barack Obama minggu depan untuk melanjutkan lagi pertemuan terkait isu nuklir Korea Utara.

Seorang diplomat senior China mengatakan hal itu, Kamis (24/3/2016) di Beijing. Namun, pertemuan itu tampaknya  juga tidak bisa tidak akan menyinggung isu peretasan internet dan Laut China Selatan.

China adalah sekutu besar Korut namun belakangan Beijing menentang program nuklir Pyongyang. Bahkan Beijing marah besar atas uji coba nuklir Korut yang pada Januari lalu dan peluncuran roket setelahnya.

Sementara itu Beijing  telah meneken sejumlah sanksi baru yang lebih tegas terhadap Pyongyang. Beijing juga telah berulangkali mengatakan bahwa sanksi bukanlah jawabannya. Hanya pertemuan ulang yang dapat meredam sengketa terkait program senjata Korut.

Wakil Menteri Luar Negeri China Li Baodong mengatakan, Xi dan Obama akan mengadakan pertemuan pertama mereka tahun ini. Pertemuan dilakukan pada sesi tambahan saat konferensi keamanan nuklir di Washington DC, AS, pekan depan.

Mereka juga akan berdiskusi mengenai Korut. "Terkait dengan isu ini, posisi China masih konsisten. Kami menginginkan denuklirisasi di Semenanjung Korea," kata Li dalam kepada media.

"Kami berpikir, isu ini seharusnya diselesaikan dengan lewat dialog dan konsultasi. Kami berdedikasi untuk menjaga perdamaian dan kestabilan di Semenanjung (Korea)," kata Li.

Li melanjutkan, "Terkait isu penting ini, Presiden Xi dan Obama akan memiliki kesempatan untuk saling berbagi pandangan." 

China telah menyerukan untuk dilanjutkan lagi apa yang disebut dengan pertemuan enam pihak antara kedua Korea, China, AS, Jepang, dan Rusia dengan tujuan menghentikan ambisi nuklir Korut itu. Moskwa juga telah mendesak Pyongyang untuk kembali ke perundingan.

Sejumlah usaha untuk memulai kembali pertemuan telah gagal sejak pertemuan terakhir pada tahun 2008.

Minggu lalu, pemimpin muda Korut Kim Jong Un mengatakan, negaranya akan segera menguji sebuah hulu ledak nuklir dan misil balistik yang memiliki kemampuan untuk membawa hulu ledak nuklir.

Aktivitas itu jelas merupakan pelanggaran langsung terhadap sejumlah resolusi PBB.

Media nasional Korut, Kamis ini, mengatakan, negaranya telah berhasil menguji sebuah mesin berbahan bakar padat yang mampu meningkatkan kekuatan roket mereka. 

Hal itu  menandakan Korut masih terus mengembangkan teknologi misil balistik lintas benua, yang juga merupakan pelanggaran terhadap sanksi yang ada.

China juga dibuat marah oleh beberapa gerakan AS, termasuk sanksi-sanksi unilateral Washington terhadap Pyongyang. Juga terkait adanya kemungkinan penempatan sebuah sistem pertahanan misil di Korsel yang diklaim Beijing mampu mengganggu keamanannya.

Korut bukanlah isu satu-satunya yang dihadapi langsung oleh Xi dan Obama. Isu lain ialah soal peretasan.

Pada September lalu, Obama mengatakan, dirinya dan Xi telah bersepakat bahwa China dan AS tidak akan mendukung pencurian rahasia perusahaan di dunia maya untuk mendukung bisnis domestik.

Menurut Li, ketidaksepakatan terhadap isu peretasan telah dilebih-lebihkan oleh media, namun ia mengatakan bahwa kedua negara memiliki mekanisme hubungan yang berjalan dengan baik.

Sedangkan menyoal Laut China Selatan, dimana China semakin gencar melakukan klaim teritorialnya,  China telah memberikan peringatan kepada negara tetangganya dan AS. Li mengatakan, China memiliki pandangan dan posisi sendiri.

"Tentu saja jika isu ini dimunculkan, Presiden Xi akan menjelaskan pendiriannya kepada pihak AS," ujar Li.

China telah mengklaim sebagian besar perairan Laut China Selatan yang kaya itu. Di sana berlayar kapal-kapal niaga senilai 5 triliun dolalr AS setiap tahunnya.  

Brunei, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Taiwan juga mengklaim wilayah yang sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com