Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Déjà vu 2008: Hillary dan Kaukus Iowa

Kompas.com - 19/01/2016, 05:31 WIB
Kontributor Singapura, Ericssen

Penulis

Sumber Des Moines
IOWA, KOMPAS.com - Calon Presiden Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton seperti sedang mengalami déjà vu setelah rilis survei Kaukus Iowa oleh Des Moines Register/Bloomberg Politics akhir pekan lalu.

Survei lembaga dengan reputasi terakurat di Iowa itu menunjukan mantan Menteri Luar Negeri ini hanya unggul 2 poin dari pesaingnya Senator Vermont Bernie Sanders.

Dengan margin of error 4.4%, Hillary yang unggul tipis dengan 42% ini secara statistik bersaing sangat ketat (dead heat) dengan Sanders.

Dekatnya selisih angka kedua capres ini sangat mengejutkan mengingat di survei-survei sebelumnya, Hillary selalu unggul meyakinkan sekitar 8-10 poin dari senator beraliran independen sosialis itu.

Déjà vu 2008

Tentu saja bagi calon kuat Presiden Pertama Wanita AS ini, hasil survei ini tiba-tiba mengingatkan akan pemilu tahun 2008 silam.

Ketika itu, juga 3-4 minggu sebelum kaukus, Hillary secara tidak terduga dikejar di survei oleh senator muda kharismatik dari Illinois bernama Barack Obama.

Sejarah kemudian mencatatkan bagaimana Obama mempermalukan Hillary dengan kemenangan di Iowa yang kemudian menjadi awal dari berakhirnya ambisi presiden Mantan Ibu Negara itu.

Tidaklah mengagetkan jika pendukung Hillary was-was setelah melihat angka survei. Tidak terbayangkan jika sampai Hillary tumbang di Iowa dan New Hampshire di tangan Sanders, yang bahkan bukan anggota Partai Demokrat.

Kekalahan di dua negara bagian awal ini berpotensi memberikan momentum politik kepada Sanders untuk memotong keunggulan Hillary di negara-negara bagian berikutnya.

Tetap favorit kuat

Namun, Hillary bukan hanya tetap favorit kuat, melainkan favorit sangat kuat. Kondisi politik 2016 tidaklah sama dengan 2008.

Hillary telah belajar dari blunder politik 2008 di mana dia selalu dicitrakan sebagai sosok yang dingin, kaku, dan arogan serta menyepelekan Iowa.

Wanita berusia 68 ini telah membangun jaringan akar rumput dan mesin kampanye yang kuat di Iowa. Hillary juga berusaha menghilangkan citranya yang kaku dengan rutin melakukan forum kecil berdiskusi dengan warga Iowa.

Hasil survei bukanlah indikator tunggal. Faktor lain yang kali ini dinilai memihak Hillary adalah dukungan bulat (endorsements) dari mesin Partai Demokrat Iowa dan politisi ternama Iowa, dua hal ini tidaklah dimilikinya 8 tahun silam.

Ketika itu dukungan terpecah antara dia dan Obama. Bahkan jikapun Hillary tumbang di Iowa dan New Hamphire, nominasi partai tetap dalam jangkauan karena strategi “Southern Firewall” yang dipersiapkan tim kampanyenya.

Hillary yang populer di kalangan pemilih Afro-Amerika dan minoritas lainnya diyakini akan menyapu mudah kemenangan di South Carolina dan negara bagian Selatan lainnya yang akan menggelar pemilihan pendahuluan setelah Iowa dan New Hampshire.

Adapun sosok Sanders tidaklah begitu populer di mata demografi pemilih minoritas yang mendominasi negara bagian Selatan ini.

Dua minggu menentukan

Dua pekan ke depan akan diwarnai semakin meningkatnya aksi saling menyerang kedua kandidat ini.

Sebelumnya selama berbulan-bulan baik Hillary maupun Sanders berusaha tetap berkampanye positif. Hal ini tidak terlihat lagi di debat Capres yang digelar Senin pagi (18/01) waktu Indonesia.

Hillary tidak segan lagi menghantam senator berusia 74 itu dengan mengkritik dukungannya terhadap kepemilikan senjata api di negeri Paman Sam. Sementara itu Sanders menyoroti dekatnya Hillary dengan Wall Street.

Dia mempertanyakan ketulusan Hillary untuk mengontrol dan meregulasi sistem perbankan AS yang selalu diasosiasikan dengan banker “rakus” yang digaji besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com