Tidak ada alasan spesifik yang dikemukakan dan pernyataan Kementerian Pendidikan hanya menyebutkan bahwa setelah dikaji baik aspek positif maupun negatif, akhirnya diputuskan buku karya Dorit Rabinyan tersebut tak bisa dipakai sebagai bahan pelajaran.
Tapi surat kabar Haaretz mengutip pejabat Kementerian Pendidikan, Dalia Penig, yang mengatakan salah satu alasannya adalah buku ini "mengancam perlunya pemisahan identitas" antara orang-orang Arab dan Yahudi.
"Hubungan yang sangat dekat antara orang Yahudi dan Arab dianggap banyak pihak di masyarakat sebagai ancaman pemisahan identitas," kata Penig.
Komentar ini dikecam beberapa tokoh kebudayaan Israel, di antaranya adalah Alon Idan, yang mengatakan keputusan tersebut mencerminkan bahwa pemerintah "ingin menjaga kemurnian darah Yahudi".
"Sekarang kita tahu orang-orang Arab dan Yahudi dilarang menjalin hubungan percintaan," kata Idan seperti dikutip kantor berita AFP.
Buku Rabinyan diberi judul Kehidupan Perbatasan yang mengisahkan penerjemah Israel yang jatuh cinta kepada seniman Palestina di New York.
Kisah asmara ini tak berakhir bahagia karena penerjemah tersebut kembali ke Tel Aviv, sementara sang seniman pulang ke Ramallah di Tepi Barat.
Novel ini menjadi salah satu pemenang penghargaan kesusasteraan karya-karya berbahasa Ibrani.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.