Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria Transjender Ini Memilih untuk Hamil dan Melahirkan

Kompas.com - 11/08/2015, 10:56 WIB


MELBOURNE, KOMPAS.com — AJ Kearns, pria asal Melbourne, Australia, mengatakan bahwa dirinya hanya seorang ayah biasa yang tinggal di pinggiran kota dengan dua anak kecil. Namun, ada banyak orang yang mungkin tak setuju dengan pernyataannya itu.

Pada usia 41 tahun, AJ adalah seorang transjender yang memilih untuk hamil dan memiliki bayi.

Setelah hidup sebagai seorang pria selama tiga tahun, AJ menunda transisi fisiknya untuk mengambil langkah yang sangat tak biasa, yakni menjadi hamil.

"Jadi, meskipun saya tahu saya adalah seorang pria dan cukup nyaman dengan fakta bahwa saya transjender, saya harus menahan transisi fisik saya, sementara saya melahirkan," cerita AJ.

Dia dan mantan pasangannya, Zu White, telah memiliki satu anak. Namun, karena komplikasi pada kelahiran pertama, dia memutuskan untuk menjadi pihak yang mengandung anak kedua mereka.

"Saya mengerti, cerita saya mungkin tampak membingungkan. Saya melihatnya sebagai hal yang sederhana. Tubuh saya diberkati dengan kemampuan untuk memberi kehidupan," ujarnya.

Tetap sebagai ayah

Bidan Aaren Stillwell mendukung AJ selama kehamilan dan persalinannya. "Ini adalah pertama kalinya saya pernah bekerja dengan seorang transjender. Jadi, pada awalnya, sungguh menantang untuk harus menggunakan kata ganti yang benar karena Anda selalu mengatakan dia (she/perempuan) dan dia (he/pria) serta wanita hamil. Jadi, saya tak pernah mengatakan dia (pria) atau orang hamil," tutur sang bidan.

Di samping melahirkan, AJ selalu menganggap dirinya sebagai bapak dua anak.

Zu mengatakan, AJ adalah "apa yang saya minta" dari seorang ayah.

"Ia berkomitmen, ia mengabdi, sangat mudah untuk bekerja sama dengannya," tutur perempuan ini.

Pasangan itu mengatakan, mereka telah bersikap jujur kepada anak-anak mereka tentang bagaimana mereka dikandung.

"Kemungkinan besar ketakutan terbesar saya adalah bahwa anak-anak saya akan menanggung beban kebodohan masyarakat. Persepsi masyarakat atas apa yang membentuk suatu keluarga kini menjadi lebih luas," ujar AJ.

"Saya pikir selama anak tahu dia sangat dicintai, itulah yang membentuk keluarga. Jadi, fakta bahwa saya memiliki sejarah jenis kelamin saya sendiri, saya kira cerita itu tak membuat saya menjadi orangtua yang kurang baik," ujarnya.

Spesialis jender, dr Fintan Harte, yang didatangi AJ, mengatakan, kasus AJ adalah pertama kalinya dalam 30 tahun bagi seorang psikiater untuk menghadapi pasien pria trans-identitas, yang berencana hamil.

Pada tahun 2010, AJ mulai menemui Fintan untuk meminta persetujuan suntik hormon testosteron dan operasi payudara.

Saat itu, AJ sangat gugup ketika memberi tahu psikiaternya bahwa ia berencana ingin punya bayi.

"Saya khawatir dia tak akan melihat saya sebagai seorang pria atau saya kira saya tak cukup transjender atau disalahartikan sebagai keinginan kembali menjadi seorang perempuan," tutur AJ.

Sementara itu, Fintan mengatakan, ia tak melihat alasan mengapa AJ tak boleh punya bayi, meski ia juga sempat khawatir akan bagaimana seorang pria transgender mampu menghadapi fisik seorang perempuan hamil.

Sang psikiater juga mengatakan, anak-anak AJ seharusnya baik-baik saja dengan mengetahui kebenarannya.

"Anak-anak memiliki fantasi hidup yang kaya, katak berubah menjadi pangeran, labu berubah menjadi pedati, dan seorang perempuan berubah menjadi pria dan sebaliknya, adalah benar-benar permainan anak," katanya.

"Jadi, itu benar-benar bergantung pada bagaimana orang dewasa menangani situasi dan bagaimana kejujuran dikelola," katanya.

Enam bulan setelah melahirkan, AJ memulai transisi fisik, mengambil hormon testosteron dan kemudian menjalani operasi payudara.

"Saya pikir jika ia tak bertransisi ada kemungkinan yang sangat kuat bahwa ia akan mengambil hidupnya sendiri," kata Fintan.

AJ, yang memiliki gelar magister seni rupa, mendokumentasikan kehamilan dan transisi fisik yang dialaminya setiap bulan selama dua tahun dengan fotografer Alison Bennett.

Hasilnya kini dipamerkan dalam ekshibisi berjudul Inverto yang juga dipamerkan di luar Australia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com