Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/07/2015, 00:55 WIB

KOMPAS.com - Setelah merebut sebagian besar wilayah Suriah dan Irak pada 2014, kelompok yang menamakan diri sebagai Negara Islam atau ISIS menjadi salah satu kelompok jihad paling brutal di dunia.

Mereka mengaku bertanggung jawab atas banyak serangan, termasuk insiden penembakan di tempat wisata pantai Tunisia yang menewaskan 30 turis asal Inggris.

Anna Collinson dari BBC Newsbeat menjelaskan mengapa terjadi perdebatan tentang nama yang pantas disandang oleh kelompok militan itu.

Kelompok yang mengklaim dirinya sebagai Negara Islam ini diketahui memiliki nama-nama berbeda seperti ISIS, Daesh, dan ISIL.

Negara Islam?

Kelompok ekstrimis ini ingin dipanggil sebagai Negara Islam, namun kenyataannya tidak ada pihak yang mengakui bahwa mereka Islam ataupun sebuah negara.

Perdana Menteri David Cameron mengatakan, "Mereka bukan Negara Islam (yang sesungguhnya), mereka memutarbalikan Islam."

Karena itu, Anda mungkin mendengar banyak pihak menggunakan istilah seperti "kelompok yang menamakan diri mereka sebagai Negara Islam" atau "Kelompok Negara Islam."

Penggunaan kata "Negara Islam" saja menyiratkan bahwa penyebutan itu telah diakui.

ISIL

Istilah lain yang banyak dipakai (dan cukup populer di Indonesia) adalah ISIS, kepanjangan dari Islamic State of Iraq and Syria.

Di Amerika yang menyebut mereka sebagai ISIL atau Islamic State of Iraq and Levant. Levant mengacu pada sebutan historis dari sebuah daerah di Suriah yang oleh banyak pihak dianggap lebih tepat digunakan dibanding kata Suriah.

Di negara seperti Perancis dan Australia, mereka menyebut kelompok ini dengan istilah Daesh, sebuah akronim Arab yang jika diterjemahkan berarti ISIS.

Kata Daesh juga mirip dengan sebuah kata Arab yang berarti seseorang yang meremukkan atau menginjak-injak. Ini adalah istilah yang ISIS tidak mau dilekatkan kepadanya.

Seperti penggunaan kata "Negara Islam", penggunaan kata "khalifah" ketika berbicara mengenai ISIS jug dikritik, karena hal ini menyiratkan bahwa itu adalah hal yang resmi dan telah diakui.

Kekhalifahan terakhir yang secara luas diakui, dikenal sebagai Ottoman, dan telah dihapuskan sekitar 90 tahun yang lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com