Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klub Sepak Bola Laos Diduga Rekrut Anak-anak Afrika secara Ilegal

Kompas.com - 21/07/2015, 17:49 WIB

Seperti budak

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan BBC, terdapat lima orang pemain di bawah umur asal Liberia di klub tersebut. Bersama dengan delapan pemain senior (enam dari Liberia, seorang dari Ghana, dan satu asal Sierra Leone), mereka tinggal dalam kondisi yang "mengenaskan dan mengerikan" kata Bedell.

Selama lima bulan, mereka tidur di atas kasur tipis dalam ruang besar tanpa jendela dan ada kunci pintu. "Sulit tinggal di tempat tanpa jendela. Tidur pun susah karena saya selalu berpikir tentang hidup saya," kata Kamara.

"Para pemain berada di tempat yang seolah mengingatkan akan krisis di Liberia saat orang-orang meninggalkan rumah dan terus mengungsi, berlindung di gedung-gedung atau auditorium," kata Bedell yang merasakan perang saudara negara itu pada 1989-1996 dan 1999-2003.

Aktivitas anak-anak Afrika ini semakin terbatas saat mereka menjadi imigran ilegal pada Maret setelah visa mereka habis. Mereka berharap mendapat izin kerja, tapi tampaknya hal tersebut tak mungkin diperoleh karena mereka semua masih di bawah umur.

Karmo, yang berkeras bahwa dia telah membayar Kamara, mengaku bahwa sembilan dari 14 pemain Afrika tak punya izin kerja tapi mereka punya visa untuk tinggal di Laos. "Tak ada yang ilegal. Semua orang legal," katanya kepada BBC

Karena paspor mereka ditahan manajemen klub sejak tiba di Laos, para pemain ini jarang meninggalkan stadion tempat mereka tinggal dan berlatih dua kali sehari. Meski situasinya buruk, tak semua orang ingin mereka keluar dari Laos.

"Saya tidak mau dia kembali ke Liberia sampai dia sukses mewujudkan mimpinya," kata Bella Tapeh, ibu seorang anak berusia 17 yang tinggal di Pakse.

Sebagian dari pemain yang kembali ke Liberia mengatakan kepada BBC bahwa mereka mendapat makanan sedikit, jarang dibayar, dan tak mendapat bantuan medis dari klub saat menderita malaria dan tipus karena kondisi kehidupan mereka.

Seorang dari mereka menggambarkan kondisi di Champasak United tak beda dengan "kerja budak". "Ini adalah situasi yang sangat serius," kata pejabat FIFPro, Stephane Burchkalter.

"Sangat mengejutkan ketika sebuah klub dari Laos, negara sepak bola yang - tanpa mengurangi rasa hormat - kecil, tapi bisa menarik pemain muda dari Liberia tanpa pengawasan FIFA," ujar Burchkalter.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com