Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Culik Sutradara, Cara Cepat Korut Produksi Film

Kompas.com - 28/02/2015, 20:00 WIB

Meskipun telah bercerai, Shin Sang-ok dan mantan istrinya itu tetap dekat, Shin Sang-ok yang mengkhawatirkan nasib pasangannya langsung terbang ke Hong Kong.

Giliran dia yang jadi korban penculikan. Agen Korut mendorongnya ke mobil yang telah menunggu, melempar tas ke kepalanya, dan membawanya, dalam kondisi terbungkus plastik, ke Pyongyang.

"Seseorang tiba-tiba memasukkan kepalaku dalam karung. Aku tak bisa melihat sama sekali, bahkan bernafas pun sulit," kata Shin.

Keduanya dipenjara secara terpisah dan Shin Sang-ok ditahan selama empat tahun di penjara karena dia menolak untuk bekerja sama. Namun mereka akhirnya dipertemukan setelah Shin menyerah.

Belakangan, beberapa kalangan berpendapat buku itu tidak menceritakan kisah mereka yang membelot ke Korut karena karir mereka menurun di Korsel. Namun, Paulus Fischer, penulis A Kim Jong-il Production, meyakini mereka menolak dan enggan bekerja sama dengan rezim Pyongyang.

"Selama lima tahun mereka bekerja, membuat film untuk kelangsungan hidup mereka di Korut, Shin Sang-ok, sutradara asal Korsel bekerja sama dengan Kim Jong-Il untuk memproduksi banyak film untuk Korea Utara. Salah satunya adalah film yang berjudul Pulgasari, film tentang Godzilla, lengkap dengan pesan propaganda," katanya.

Setelah delapan tahun pasangan ini diperdaya Kim Jong-il, akhirnya pada tahun 1986, pasangan tersebut diizinkan ke luar negeri untuk menghadiri festival film di Wina. Kesempatan itu dimanfaatkan untuk kabur. Shin dan istrinya meminta suaka ke Kedubes AS di Austria.

Meskipun mereka menegaskan bahwa mereka adalah tawanan, mereka masih meminta maaf kepada Kim Jong-il karena telah mengelabuinya. Shin meninggal pada tahun 2006 saat tinggal di Seoul. 

Penculikan Diakui

Korut mengaku telah menculik beberapa warga Jepang-Tokyo dan Pyongyang kemudian mengadakan pembicaraan atas masalah ini tahun lalu.

Negara itu membenarkan bahwa pihaknya telah menculik 13 orang di tahun 70 dan 80-an. Lima orang di antaranya telah kembali ke Jepang pada tahun 2002, tetapi Pyongyang mengatakan delapan lainnya meninggal, meskipun Jepang tidak mempercayainya.

Prof Andre Lankov dari Universitas Kookmin di Korea Selatan mengatakan hampir 500 orang dari Korea Selatan telah diculik.

"Sebagian besar dari mereka adalah nelayan yang kurang berhati-hati mendekati kawasan pantai Korea Utara, namun jumlah ini juga mencakup sejumlah korban dari operasi rahasia," katanya.

"Sebuah contoh yang baik adalah kasus dari lima siswa sekolah menengah Korsel yang menghilang di pantai pada tahun 1977 dan 1978. Mereka diyakini telah meninggal selama dua dekade, tetapi pada tahun 1990-an mereka ditemukan bekerja di Korut sebagai instruktur, mengajar dasar-dasar gaya hidup Korsel untuk menyamar dalam operasi yang dilakukan Korut," ujar dia.

Dia mengatakan para korban penculikan itu sebagian besar remaja. Mereka dilatih menjadi guru bahasa dan mata-mata.

"Pendekatan yang sederhana: Anda tidak memiliki cukup pengajar bahasa asing, Anda bisa menculik seorang guru bahasa. Anda memiliki masalah dengan film, Anda bisa menculik seorang produser dan sutradara," lanjutnya.

Para pemimpin Korut seringkali dianggap sebagai pemimpin yang kejam dan diktator, namun, ayah dan kakek Kim Jong-un masih menyempatkan diri menulis cerita untuk anak-anak di sela-sela instruksinya untuk pengembangan senjata nuklir dan kamp-kamp penjara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com