Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/11/2014, 17:36 WIB
EditorErvan Hardoko
NEW DELHI, KOMPAS.com - Sebuah kota di wilayah utara India diteror kera pembunuh haus darah setelah pemerintah melarang warga menangkap kera untuk keperluan riset medis.

Ternyata keputusan pemerintah itu membuat populasi kera Langur di kota Shimla, provinsi Himachal Pradesh berlipat ganda hingga membuat warga setempat cemas setelah 400 orang terluga digigit kera selama satu bulan terakhir.

Sejumlah laporan bahkan menyebut seorang perempuan muda meninggal dunia akibat diserang sekelompok kera setelah perempuan itu berusaha mengusir hewan tersebut dari ladangnya.

Korban lain, Rukhmani Kanwar (87) kini dalam kondisi kritis setelah menderita sejumlah luka gigitan dan patah tulang setelah diserang sekelompok kera ganas.

Menteri Kehakiman setempat Mansoor Ahmad Mir mengatakan warga sangat terkejut dengan meningkatnya populasi kera dan meratapi tewasnya perempuan yang diserang para kera itu.

Wakil wali kota Shimla, Takinder Panwar mengatakan pemerintah setempat tak bisa berbuat apa-apa untuk mengatasi serangan kera itu karena terbentur larangan membunuh primata tersebut.

"Kami tak boleh lagi menangkap dan menjual mereka untuk dijadikan bahan riset medis. Hasilnya, populasi mereka menjadi terlalu besar dan tak bisa didukung kawasan hutan di sini. Sehingga mereka akhirnya memasuki kota untuk mencari makanan," ujar Panwar.

Namun, para aktivis konservasi mengecam langkah menangkap kera untuk kepentingan riset yang menurut para aktivis mencapai jumlah 400.000  ekor setahun. Para aktivis justru menuding terlalu cepatnya ekspansi perkotaan dan desa yang memicu gelombang serangan kera.

"Kami menolak keras penangkapan atau mengizinkan ekspor kera sebagai bahan riset medis," kata aktivis organisasi Nature Watch, Rajeshwar Negi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com