Di saat operasi militer Israel memasuki hari ketujuh, para menteri luar negeri negara-negara Arab akan menggelar pertemuan darurat membahas langkah-langkah yang bisa diambil untuk menghentikan pertumpahan darah.
Sementara itu, Raja Jordania Abdullah II memperingatkan krisis Gaza ini berpotensi memengaruhi kawasan Timur Tengah sehingga dia mendesak Israel menghentikan menyasar warga sipil di saat jumlah korban tewas sudah mencapai 175 orang.
Dan di saat upaya diplomatik memperoleh momentumnya, frekuensi serangan Israel dan Gaza mulai menurun. Sejumlah pengamat yakin kondisi ini disebabkan adanya pembicaraan di balik layar terkait upaya gencatan senjata.
Sementara itu, selama 24 jam terakhir 17.000 warga Palestina, terutama dari wilayah utara Gaza, mengungsi di 20 bangunan sekolah yang dikelola PBB demi menyelamatkan diri dari serangan udara Israel.
Salah satu sekolah yang menjadi tempat mengungsi sudah dipadati warga hingga ke semua ruang kelasnya dengan selimut digantung di pintu untuk mendapatkan sedikit privasi.
"Kami merasa aman di sini, meski makanan dan air bersih kurang serta anak-anak tak bisa bebas bermain," kata Rehab (27), warga Beit Lahiya.
Israel menggelar operasi "Protective Edge" sejak pekan lalu dengan alasan untuk menghentikan serangan roket dari Jalur Gaza ke wilayahnya. Selama sepekan terakhir, Israel sudah menghamburkan 1.300 roket, sementara Palestina menembakkan tak kurang dari 1.000 roket ke wilayah Israel.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.