Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Israel Tetap Gempur Gaza walau Dikecam Dunia Internasional

Kompas.com - 14/07/2014, 11:22 WIB
GAZA CITY, KOMPAS.COM — Israel terus melancarkan serangan udara dan tembakan artileri di Jalur Gaza, Senin (14/7/2014), walau ada upaya-upaya diplomatik untuk menghentikan pertumpahan darah ketika operasi tersebut memasuki hari ketujuh.

Sejumlah pesawat tempur menghantam tiga fasilitas pelatihan sayap militer Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, di sekitar wilayah pesisir Gaza, tetapi tidak menimbulkan korban. Demikian kata sejumlah petugas medis dan saksi mata. Jet-jet tempur juga menyerang sejumlah bangunan di kota Gaza, Deir el-Balah di Gaza selatan, dan kota Jabaliya di utara yang menyebabkan sejumlah orang terluka.

Selain itu, ada serangan artileri yang dilaporkan di Beit Lahiya, di Gaza utara. Israel sebelumnya telah memperingatkan penduduk tentang serangan yang mungkin segera terjadi.

Israel juga bergerak melawan Hamas di Tepi Barat yang diduduki. Tentara Israel menangkap lima anggota parlemen gerakan itu di Nablus dan Jenin. Demikian kata sejumlah pejabat keamanan Palestina kepada kantor berita AFP.

Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan, "terlalu banyak" warga sipil Palestina yang telah tewas, saat korban tewas warga Palestina akibat serangan Israel itu sudah mencapai 172 orang dan 1.230 orang lainnya luka-luka. Ban juga mendesak Israel untuk membatalkan rencananya melancarkan serangan darat yang berpotensi sangat merusak. Ketakutan akan serangan darat telah membuat warga Gaza bagian utara melarikan diri.

Sekitar 17.000 orang telah berlindung di sejumlah instalasi badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA. Demikian kata badan itu dalam sebuah pernyataan.

Media Israel melaporkan bahwa rapat kabinet tentang masalah keamanan berakhir pada Minggu malam tanpa ada perintah untuk serangan darat.

Namun, walau ada desakan untuk melakukan gencatan senjata, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa militer sedang menyerang Hamas "dengan kekuatan yang terus meningkat". Ia memperingatkan, belum ada tanda serangan akan berakhir. "Kami tidak tahu kapan operasi ini akan berakhir," katanya kepada para menterinya.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry menelepon Netanyahu untuk menyampaikan lagi tawaran AS membantu menengahi gencatan senjata. Kerry juga "menyoroti kekhawatiran AS tentang meningkatnya ketegangan di lapangan". Demikian kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS.

Kerry mengatakan bahwa dirinya terlibat dengan para pemimpin regional "untuk membantu menghentikan serangan roket sehingga ketenangan dapat dikembalikan dan korban sipil bisa dicegah".

Presiden Palestina Mahmud Abbas mengatakan, ia akan meminta Ban untuk "menempatkan negara Palestina di bawah sistem perlindungan internasional PBB" demi mengatasi kekerasan di Gaza.

Saat korban tewas terus meningkat, Palestina Center untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Gaza menyatakan, sebagian besar korban adalah warga sipil. Jumlah warga sipil yang tewas mencapai lebih dari 130 orang, di antaranya 35 anak-anak dan 26 wanita. Lembaga itu juga menyatakan, Israel telah menyerang 147 rumah dan membuat rusak parah ratusan rumah lainnya.

Sejauh ini, tidak ada warga Israel yang tewas walau kaum militan di Gaza telah menghujani bagian selatan dan tengah negara itu dengan sekitar 715 roket sejak pertempuran dimulai pada 8 Juli. Demikian kata seorang juru bicara militer Israel kepada AFP pada Minggu malam. Juru bicara itu mengatakan, sekitar 160 roket telah dicegat oleh sistem pertahanan rudal Israel, Iron Dome.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com