Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jatuh Bangun Ikhwanul Muslimin

Kompas.com - 26/12/2013, 09:38 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber

KAIRO, KOMPAS.com - Pemerintah sementara Mesir menyatakan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris. Pernyataan ini menjadi tantangan terberat gerakan yang sudah berumur 85 tahun tersebut.

Ikhwanul Muslimin berdiri pada 1928. Pendirinya adalah Hassan al-Banna. Mereka menjadi gerakan perlawanan akar rumput menentang kolonialisme dan zionisme.

Organisasi ini memang pernah menjadi gerakan radikal pada 1940-an. Mereka sempat terlibat serangkaian aksi kekerasan, termasuk pembunuhan Perdana Menteri Mahmud Fahmi al-Noqrashi pada 1948, setelah pemerintah mengambil tindakan keras pada organisasi.

Pemerintah Mesir di bawah Gamal Abdel Nasser menindas Ikhwanul Muslimin selama masa kekuasaannya, pada era 1950-an sampai 1960-an. Namun Ikhwanul Muslimin sudah mendeklarasikan meninggalkan jalur kekerasan sejak beberapa dekade lalu.

Aktivitas sosial dan politik akar rumput lebih dipilih Ikhwanul Muslimin sebagai jalur perjuangan. Meski demikian pada 1950-an organisasi ini sudah dinyatakan terlarang oleh pemerintah sekuler Mesir.

Gerakan persaudaraan tersebut memiliki ratusan ribu pengikut, termasuk dari kalangan non-muslim. Organisasi ini menyediakan beragam program sosial di tengah situasi yang memburuk di Mesir akibat praktik korupsi.

Pilihan aktivitas dan cara yang ditempuh Ikhwanul Muslimin telah menerakan garis pemisah yang tegas antara mereka dengan kelompok radikal seperti Al-Qaeda. Bagi Al-Qaeda dan kelompok radikal, pemilu sebagaimana yang diikuti Ikhwanul adalah tak islami.

Dalam sejarahnya, penjara bukanlah tempat asing bagi para aktivis Ikhwanul Muslimin. Bahkan Hassan al-Banna melahirkan buku legendaris dari dalam sel penjara. Tindakan keras terhadap organisasi ini dijalankan oleh paling tidak tiga presiden, sampai dengan Hosni Mubarak.

Namun tindakan pemerintah sementara Mesir saat ini merupakan yang terburuk dialami Ikhwanul Muslimin dalam setengah abad terakhir. Gelagatnya, masih akan berlanjut.

Bangkit dan dihabisi

Ikhwanul Muslimin mendapatkan panggung politik pada 2012, lewat pemilu pada Juli 2012 yang mengantarkan Muhammad Mursi ke kursi Presiden Mesir. Pemilu itu sendiri mengakhiri kekuasaan 30 tahun Mubarak, setelah melewati demonstrasi besar-besaran di seantero Mesir yang kemudian dikenal sebagai Revolusi Mesir 2011.

Sebelum Pemilu 2012, serangkaian jajak pendapat mendukung Ikhwanul Muslimin dan Mursi yang diusungnya. Pemilu 2012 membuktikan akurasi jajak pendapat itu dan sekaligus menjadi pemilu demokratis pertama Mesir.

Namun, dalam perjalanan pemerintahannya, kebijakan Mursi dituduh tak populer dan hanya memberi tempat bagi para koleganya dari Ikhwanul Muslimin. Dia pun dituding mengkhianati Revolusi 2011, di tengah kondisi ekonomi yang tak kunjung pulih sebagai dampak praktik korupsi puluhan tahun dari rezim sebelumnya.

Setelah rentetan panjang unjuk rasa baik dari kubu anti-Mursi maupun pendukung Mursi, militer mengambil alih kekuasaan Mesir pada 3 Juli 2013. Sejak saat itu, polisi yang selalu memandang Islam sebagai ancaman telah mencatatkan rekor baru kekerasan.

Lebih dari 1.000 orang tewas sejak penggulingan Mursi, dengan sebagian besar adalah pendukung Mursi. Salah satu insiden terburuk adalah ketika militer dan polisi Mesir menggusur tenda pengunjuk rasa pro-Mursi dengan buldoser, Rabu (14/8/2013) dini hari, tak peduli di dalamnya masih berkumpul banyak orang.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com